Metro Times (Surabaya) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang juga Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim mengaku optimistis dengan kesiapsiagaan sarana dan prasarana layanan kesehatan dalam penanganan covid-19, khususnya untuk tiga daerah yakni Surabaya dan sebagian Gresik serta Sidoarjo yang akan membelakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai, Selasa (28/4/2020).
Terlebih, baru saja bantuan reagen dari pemerintah pusat sebanyak 41 ribu kit PCR telah didistribusikan ke sejumlah rumah sakit rujukan covid-19 dan laboratorium, sehingga kapasitas tes Swab PCR juga bisa ditingkatkan menjadi 1.102 perhari bahkan lebih.
“Kecepatan penanganan pasien covid-19 ini tentu akan membantu percepatan pasien untuk memilih tempat observasi atau isolasi. Mudah-mudahan pekan depan, kita sudah bisa mengoperasionalkan alat semacam drive thru untuk tes PCR sehingga semakin banyak yang bisa disasar seperti Rapid Test,” jelas Khofifah Indar Parawansa di gedung negara Grahadi Surabaya, Senin (27/4/2020).
Menurut Khofifah, jumlah OTG (Orang Tanpa Gejala) atau carier di Surabaya Raya yang menjadi episentrun penyebaran covid-19 di Jatim cukup banyak, yakni kisaran 26 persen sehingga cukup mengkhawatirkan.
“Kita juga bersyukur karena ada 4 laboratorium dengan kapasitas besar dalam waktu dekat yang akan dioperasikan sehingga bisa memperbesar kapasitas layanan tes PCR atau Swab yang tingkat akurasinya sangat tinggi,” ungkapnya.
Empat laboratorium yang akan membantu penanganan tes PCR adalah BPOM dengan kapasitas 50-100 tes/hari, BBTKL dengan kapasitas 100-200 test/hari, lalu BBLK dengan kapasitas 186 test/hari dan RS UB dengan kapasitas 100-150 test/hari. Selain itu laboratorium di RS UA/ITD juga ditingkatkan kapasitasnya menjadi 166 test/hari dan di RS dr Soetomo ditingkatkan menjadi 240-300 test/hari.
Senada, Ketua Gugus Kuratif Satgas Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menambahkan bahwa fasilitas sarana dan prasarana sejumlah rumah sakit rujukan covid-19 juga terus ditambah. Misalnya, ketersediaan ruang isolasi ventilator baik yang negatif maupun yang tidak dari 77 bed sekarang bertambah menjadi 177 bed.
“Ruang isolasi ventilator itu keberadaannya sangat vital dalam upaya penanganan pasien covid-19 yang berat. Ruang isolasi bertekanan negatif itu artinya udara dalam ruangan tersebut lebih rendah minimal tekananannya 15 derajat lebih rendah dibanding udara di luar ruangan, sehingga udara dalam ruangan tidak bisa keluar sehingga tidak menularkan ke orang di luar ruangan itu,” beber dr Joni.
Begitu juga dengan tenaga medis untuk mendukung ruang isolasi ventilator, lanjut Joni sudah cukup terpenuhi walaupun hanya terdapat 192 dokter spesialis paru. Sebab dokter lain seperti dokter spesialis penyakit dalam, mikrobiologi maupun patologi klinis hingga dokter THT juga bisa membantu.
“Bahkan dokter umum juga bisa menjadi relawan untuk membantu tugas dari dokter specialis paru setelah diberikan bimbingan terlebih dahulu,” dalih Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya.(nald)