Metro Times (Surabaya) — PDAM Surya Sembada Surabaya Peringati Hari Jadi Ke-43 mengadakan NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan judul ‘Ask The Directors’, yang dihadiri Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya, Dewan Pengawas dan para mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Surabaya. Diadakan di Rumah Air Surabaya. Jum’at, (6/12).
Ir Mujiaman, Direktur Utama PDAM Surya Sembada Surabaya, mengatakan, PDAM Surya Sembada Surabaya untuk menjadi perusahaan air moderen sangat mungkin dan bisa segera diwujudkan dengan catatan kita seluruh rakyat Surabaya memberi dukungan yang maksimal, karyawan juga selalu menjaga spiritnya, mengikuti visi yang telah kami tetapkan.
Di depan para mahasiswa, Dirut PDAM Surabaya melanjutkan, dengan adanya komunikasi yang terus menerus dengan segala pihak, saya berharap maksud baik, kerja baik yang dilakukan PDAM di apresiasi dan kemudian juga dicarikan jalan keluar, agar penggunaan air di Kota Surabaya itu menjadi sesalu berkelanjutan.
“PDAM Surabaya berusaha memperbaiki diri dengan selalu berinovasi untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Dan PDAM perlu mendapatkan support dari stakeholder pihak berkepentingan pada PDAM agar dikelola secara profrsional,” jelasnya.
PDAM Surabaya dipastikan selalu menghadapi permasaalahan dalam penyediaan air bersih.
Mujiaman meminta agar para mahasiswa calon pemimpin bangsa dapat mengerti masalah air, supaya apabila menjadi pemimpin bisa menentukan kebijakan dalam menjaga sumber daya alam, sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercapai.
Edi Rusianto Dewan Pengawas PDAM Surya Sembada Surabaya mengatakan, saya banyak menemukan hal-hal yang seharusnya untuk negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD’45, air ini merupakan suatu kebutuhan yang harusnya dilindungi dan disubsidi oleh pemerintah, tetapi yang mengsubsidi sementara ini baru PDAM sendiri. Pemerintah belum mensubsidi PDAM, BBM sudah di subsidi, kemudian 9 bahan pokok di subsidi, bahkan banyak hal-hal kebutuhan yang bukan kebutuhan primer di subsidi oleh pemerintah, tetapi air yang tercantum di dalam UUD’45 tidak disubsidi.
“Kesedian air adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan, ini adalah tugas untuk para mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan, untuk memperjuangkan air,” ucapnya.
Para mahasiswa ada yang menanyakan masalah air baku, lanjut Edi menjelaskan, air baku kita sebagian besar adalah dari air sungai Surabaya, mata-air dari Malang. Dari Malang sungai itu melewati sekitar 13 Kabupaten/Kota, dengan adanya otonomi daerah ini rasa kepedulian terhadap kebersihan air sungai tidak lagi menjadi prioritas. Mereka hanya memenuhi kebutuhan untuk PDAMnya sendiri, tidak peduli terhadap kota berikutnya yang dilewati sungai, untuk irigasi akan masuk bahan-bahan kimia untuk menyuburkan tanah, setelah itu masuk didalam irigasi, dan balik ke sungai itu sudah tercemar.
“Surabaya menjadi bagian terakhir yang menerima beban yang sangat berat untuk mengolah air yang kondisinya seperti itu. Jadi siapa yang tanggung jawab ? Yang mengelola air sungai adalah Jasa Tirta, sedangkan setiap 2 tahun sekali tarif air baku naik. Jadi kita itu beli bukan gratisan, inilah permasalahan itu,” papar Edi dengan semangat karena beban berat PDAM Surabaya.
“Saya mengharapkan seluruh mahasiswa yang hadir di sini untuk menjadi agen perubahan di PDAM Surabaya, kalau bocor dimana saja harus lapor, sehingga kerugian dan kualitas air bisa dijaga,” ujarnya. (nald)