- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Fenomena kelangkaan serta melambungnya harga gas elpiji 3 Kg atau gas melon di sejumlah wilayah di Kabupaten Purworejo menjelang Idul Fitri ini diklaim bukan karena kurangnya stok dari Pertamina atau ketersendatan distribusi dari agen.

Sulitnya masyarakat mencari gas melon lebih disebabkan meningkatnya jumlah pengguna. Selain itu, kesadaran masyarakat kelas menengah ke atas yang masih menggunakan gas melon yang diperuntukan bagi masyarakat kelas bawah, masih rendah.

Hal itu disampaikan koordinator Agen Elpiji 3 Kg Wilayah Purworejo, Pandji Pranowo, saat dikonfirmasi metrotimes di kantornya, bahwa tidak ada pengurangan alokasi elpiji dari Pertamina untuk Purworejo. Sebaliknya justru ada penambahan selama menghadapi Idul Fitri.

Dikatakan, total alokasi harian gas melon untuk Kabupaten Purworejo sebanyak 18.500 tabung. Pada bulan Juni ini, Pertamina menambah 8 persen.

ads

Estimasi alokasi harian untuk memenuhi kebutuhan secara normal seharusnya mencukupi, apalagi sudah ditambah 8 persen. Tapi memang jumlah pengguna gas elpiji 3 Kg ini meningkat drastis karena Purworejo menjadi salah satu kota tujuan mudik,” kata Panji, Selasa (12/6/18) sore.

Menurutnya, sejumlah antisipasi telah dilakukan agen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang lebaran. Salah satunya yakni, distribusi tetap dilakukan meski hari libur.

Tanggal 15 dan 16 Juni yang seharusnya libur kita tidak libur, tetap distribusi. Hanya tanggal 15 saat hari H lebaran kita libur, itu pun pasokan diganti untuk alokasi hari Minggu yang seharusnya libur,” jelasnya.

Antisipasi lainnya kita juga sudah sediakan ukuran 5,5 Kg dan 12 Kg, itu saja masih kurang. Jadi memang tingkat penggunaan elpiji menjelang lebaran ini meningkat drastis, lanjutnya.

Selain itu, rendahnya kesadaran masyarakat kelas menegah ke atas yang masih menggunakan gas melon juga menjadi pemicu kelangkaan. Alokasi untuk warga kelas menengah bawah kian berkurang dengan banyaknya pedagang musiman menjelang lebaran yang juga menggunakan gas melon.

Kita lihat banyak warung atau PKL dadakan dengan tingkat kebutuhan elpiji yang tinggi. Coba dicek juga di lapangan, masih banyak warga mampu yang menggunakan 3 Kg,” bebernya.

Terkait melambungnya harga di tingkat konsumen atau eceran, Pandji tindak memungkiri. Bahkan, di sejumlah desa harganya selisih jauh dengan harga eceran tertinggi (HET). Namun, dirinya tak dapat berbuat banyak untuk mengondisikan harga di tingkat pengecer karena bukan wewenangnya.

Harga dari pangkalan tetap Rp15.500, tidak ada kenaikan. Pengawasan harga agen hanya berwenang sampai pangkalan, untuk tingkat pengecer kita tidak berwenang soalnya,” tandasnya.

Pandji menambahkan, di Kabupaten Purworejo terdapat 5 agen. Persebaran distribusi gas melon kini juga sudah merata dengan adanya minimal 1 pangkalan di 1 desa.

“Semua desa sudah ada pangkalannya. Untuk desa yang kebutuhannya tinggi, bisa lebih dari 2,” imbuhnya. (Daniel)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!