Metro Times (Magelang) Sedikitnya 17 pasangan nikah massal melangsungkan janji suci dengan cara unik. Mahar ijab kabul berupa selembar kain Bendera Merah Putih dan Pengucapan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Spot lokasi yang disediakan panitia untuk para mempelai juga tidak lazim. Diantaranya melaksanakan proses nikah di atas Wall Climbing (panjat dinding), laboratorium farmasi, studio radio hingga crane otomotif. Konsep tersebut di klaim pertama di gelar di Indonesia bahkan dunia.
Dalam acara Nikah Bareng Agustusan, tidak kurang seribu orang termasuk tamu undangan memadati Kampus II Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang. Mulai dari sanak saudara, sahabat mempelai hingga mahasiswa sejak pagi hingga siang mengikuti serangkaian acara, Selasa (6/8).
Prosesi sakral diawali dengan pelepasan balon warna warni yang di dalamnya sudah di isi kertas bertulis doa dan harapan masing-masing mempelai. Dilanjutkan dengan pelepasan 55 ekor burung emprit dari sangkar. Pelepasan burung itu memiliki makna bebas dari status jomblo dan bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
Ketua Ikatan Alumni UM Magelang, Isa Ashari mengatakan, nikah massal itu digelar dalam rangka HUT RI ke-74 dan Milad UM Magelang ke-55. Sedang tema yang diangkat adalah ’Merajut Cinta di 74 Tahun Indonesia Merdeka’.
Nuansa langsung terasa ketika mempelai dan tamu undangan serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian prosesi pemberian mahar Bendera Merah Putih hingga pembacaan Teks Proklmasi Kemerdekaan.
”Maka dari itu nuansa gelora semangat kemerdekaan sangat kental di sini (UM Magelang),” terang Isa.
Isa menjelaskan, para peserta nikah massal unik ini berasal dari berbagai daerah di nusantara. Mulai dari Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Purworejo, Sragen, Temanggung, DI Jogjakarta, Bogor, Lampung hingga Palangka Raya. Tidak hanya jejaka dan gadis, ada juga peserta yang berstatus duda dan janda juga ada.
”Peserta paling muda 19 tahun dan paling tua usia 50 tahun,” tambahnya.
Rektor UM Magelang, Ir Eko Muh Widodo menyampaikan, prosesi ijab kabul dibagi empat lokasi di lingkungan Kampus UM Magelang. Tiga pasang di Wall Climbing, enam di Laboratorium farmasi, tiga di studio radio dan lima di crane bengkel otomotif.
”Rata-rata ijab kabul kan di Masjid. Tapi kita carikan spot yang menarik. Ini sebagai surprise bagi pengantin kita. Semoga momen sekali seumur hidup ini akan terus dikenang,” ungkap Eko.
Kendati dilaksanakan di tempat tidak lazim dan entertain, Eko memastikan acara tersebut tidak meninggalkan kaidah dan syari. Karena tetap ada saksi, wali, mahar, ijab dan kabul yang menjadi kewajiban dalam pernikahan.
”Sampai sekarang masih banyak yang belum sadar betapa pentingnya suatu ikatan pernikahan. Dan alhamdulillah, semua terkait pernikahan massal ini free tidak dipungut biaya sehingga antusias peserta sangat luar biasa,” bangga Eko.
Ditemui di lokasi, gurat wajah salah satu pasangan yang melangsungkan akad di Wall Climbing, Tamara Fitriana (19), terlihat tegang. Meski senyum tetap mengembang. Gadis warga Magelang Utara itu bersama pasangannya Dedi Ramhan (28) merupakaan satu diantara tiga pasangan yang melakukan prosesi ijab kabul dengan cara dikerek di arena panjat dinding.
”Saya belum pernah panjat dinding, mas. Baru kali ini. Jadi naik itu hanya dengan modal keberanian. Sangat berkesan sekali. Apalagi saksi dari Polisi dan Tentara,” ucap Tamara.
Pasangan pengantin yang kini menjadi suami sah Tamara, Dedi Rahma mengaku sudah berpacaran selama lima tahun. Dedi tidak menyangka bisa menikah lebih cepat satu tahun. Bahkan dengan konsep nyentrik, menarik dan meriah.
”Nggak kebayang. Niatnya setahun lagi (2020) karena pas ada nikah bareng jadi atas restu orang tua akhirnya diajukan Agustus 2019 ini,” ucapnya sambil.bersyukur. (Arif)