- iklan atas berita -

MetroTimes (Surabaya) – Kecap merupakan salah satu kondimen yang tidak dapat lepas dari kuliner Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki anggapan bahwa kecap dapat menambah cita rasa dari sebuah makanan. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki pabrik-pabrik kecap yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kecap merupakan salah satu kondimen penting di makanan Indonesia. Berbagai makanan di Indonesia menggunakan kecap sebagai pelengkap seperti aneka macam sate, bakso, mie goreng dan bakso. Kecap ini sangat melekat dengan makanan Indonesia,” jelas Hardian Eko Nurseto, Antropolog Universitas Padjadjaran (UNPAD)

Awal mula kecap dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia berawal dari tingginya harga garam pada zaman kekaisaran. Pada zaman tersebut, masyarakat mencari bahan alternatif lainnya untuk menggantikan garam sebagai pelengkap suatu makanan.

Hardian memaparkan sekitar tahun 1647 kecap hanya populer dari kalangan terpilih dari kelompok Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dan diimpor dari wilayah Asia ke wilayah Eropa. Nama kecap itu sendiri diambil dari kata Hokkien yang berarti air garam.

“Maka dari itu, kita dapat menemukan kecap di Belanda. Penamaan soije-a berasal dari pedagang dari Belanda yang berasal dari kata shoyu, yaitu kecap dari Jepang. Hal ini saling berkaitan satu sama lainnya,” jelas Hardian

ads

Mantan Koki Masterchef itu menambahkan, kecap dikenalkan di Nusantara dari pedagang Tionghoa yang membawa kecap dari wilayah Tionghoa. Masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa mengadaptasi kecap asal Tionghoa dengan rasa khas Indonesia yang manis.

Selama diskusi, Antropolog UNPAD itu tidak hanya memperkenalkan sejarah kecap di Indonesia. Namun, juga memberikan kesempatan kepada peserta ICAS 13 untuk mencicipi sepuluh macam kecap yang berbeda yang berasal dari penjuru Indonesia..

Hadir dalam panel tersebut, Hee-sun Hwang, peserta ICAS 13 berasal dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Korea Selatan sangat senang dengan adanya diskusi panel tersebut. Baginya, ini merupakan pengalaman pertama berkesempatan untuk mencicipi berbagai kecap dari Indonesia.

“Saya sangat senang berkesempatan untuk mencicipi kecap dari berbagai wilayah Indonesia. Sebetulnya, saya telah mengetahui kecap khas Indonesia. Unik-unik rasanya dari manis, asin, hingga sedikit pedas. Hal ini merupakan pengalaman dan pengetahuan baru bagi saya,” imbuh Hee-sun.

Pada akhir, ia memberikan pujian kepada UNAIR karena telah menyelenggarakan ICAS 13 dengan apik. ICAS 13 tidak hanya sebagai ajang bertukar wawasan dan pengetahuan, namun juga bertukar budaya.

Sebagai informasi, diskusi panel ICAS 13 bertajuk “Foodscaping Asia II: Scaping the Metropolis berlangsung di Majapahit Hall Lantai 5, ASSEC Tower Kampus MEER-C pada Rabu (31/7/2024).

(nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!