MetroTimes (Surabaya) – Pengurus Wilayah (Pengwil) Jawa Timur Ikatan Notaris Indonesia (INI) menggelar Rapat Gabungan, dalam rangka Usulan Nama Bakal Calon Ketua Umum INI dan Dewan Kehormatan Pusat (DKP), yang dihadiri Pengda se-Jawa Timur di Hotel Vasa Surabaya, Jumat (20/5/2022).
Rapat Gabungan dipimpin langsung oleh Ketua Pengwil Jatim INI Siti Anggraenie Hapsari S.H., M.H., didampingi Wakil Ketua bidang Organisasi, Sekretaris dan Bendahara.
Ketua Pengwil Jatim INI, Siti Anggraenie Hapsari S.H., M.H., menuturkan kepada media, bahwa ada dua agenda yang diselenggarakan hari ini, yang pertama Rapat Gabungan yang merupakan rapat antara Pengurus Wilayah dengan Pengda-Pengda. Dalam hal ini alhamdulilah 18 Pengda hadir, setelah mereka mengadakan rapat anggota sesuai jadwal dimulai bulan akhir Maret dan April lalu. Pertama kali rapat anggota dilaksanakan akhir Maret oleh Pengda Bojonegoro dan kemarin paling terakhir itu Pengda Madiun pada tanggal 18 Mei.
Lanjut Henny sapaannya, Setelah 18 Pengda mengadakan rapat anggota dan sudah ada hasilnya, maka pada hari ini Pengwil Jatim mengadakan Rapat Gabungan. Dimana rapat ini adalah untuk Pengwil dan Pengda berkoordinasi dan mengundang Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Kehormatan Daerah, kemudian Majelis Pengawas Wilayah dari unsur Notaris, kemudian juga Dewan Pakar, Penasehat.
“Kita berkoordinasi secara lengkap dengan semua organ-organ yang ada di organisasi dan hari ini sudah diambil keputusan tentang usulan Bakal Calon Ketua Umum dan Bakal Calon DKP untuk periode 2022 – 2025. Alhamdulillah sudah dilaksanakan dengan lancar semuanya dan dilaksanakan dengan suasana yang tertib. Insyaallah juga tidak ada suatu kendala apapun,” terang Henny.
“Hasil Rapat Gabungan akan dipilih 5 Bacalon untuk Ketum dan 5 Bacalon untuk DKP. Nanti akan dibawa pada saat kita Pra Kongres di Pekanbaru Riau tanggal 14-16 Juni 2022,” jelasnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan agenda Halal Bi Halal oleh seluruh peserta rapat gabungan.
“Agenda kemudian setelah rapat gabungan, karena masih suasana dalam bulan Syawal, jadi kami juga melaksanakan Halal Bi Halal memperingati Idul Fitri 1443 H, oleh karena itu agenda kami laksanakan secara Hybrid. Disamping pertemuan secara offline langsung karena ini memang lanjutan dari rapat gabungan, maka ada undangan acara Halal Bi Halal yang juga kami siarkan secara online.
Jadi untuk rekan-rekan, kami dari Pengwil Jatim mohon maaf tidak bisa mengundang seluruh anggota untuk Halal Bi Halal dan untuk rekan-rekan yang bukan pengurus kami mohon maaf hanya bisa memberikan sarana melalui media daring.
Tanpa mengurangi rasa hormat kami, kami Pengwil Jatim menyampaikan permohonan maaf atas hal ini, mungkin bagi rekan-rekan kami mohon bisa dipahami dan dimaklumi,” tandasnya.
Pengwil Jatim INI mengangkat tema Halal Bi Halal, “Momen Idul Fitri Sebagai Wadah Untuk Memperkuat Tali Silaturahmi Dan Membangun Kebersamaan Dalam Berorganisasi”
Siti Anggraenie Hapsari menyampaikan, artinya tema itu momentum yang baik untuk kita bersilaturahmi dan juga untuk membangun kebersamaan dalam organisasi, ini memang kalau menjelang kongres dimana-mana suasana panas, di medsos-medsos kadang-kadang juga kurang kondusif. Padahal kita ini teman, kita ini semuanya adalah anggota organisasi.
Lanjutnya, Ini sebenarnya hanya memilih seorang Ketua bagi kita, tapi sayang kalau memilih ketua itu akhirnya membuat perpecahan di antara anggota. Ini yang memang kami sayangkan, artinya dengan momentum hari ini, kita ingin kebersamaan itu marilah kita bangun.
“Kita menyikapi demokrasi dengan cara dewasa, kemudian kita menyikapi kongres itu juga dengan cara lebih baik. Saya rasa setiap orang mungkin punya pilihan sesuai dengan keinginan atau keyakinan masing-masing, hati masing-masing, tapi saya rasa itu janganlah kemudian menjelek-jelekkan calon yang lain. Artinya kalau kita sudah punya calon yang kita yakini dia lebih baik, maka bolehlah unggulkan calon itu, tanpa harus merendahkan calon yang lain,” ujarnya.
“Harapan kami soal penilaian itu biarkanlah diri kita sendiri saja yang menilai. Tetapi kadang-kadang kita tidak perlu mempersepsikan suatu yang belum tahu kebenarannya, karena itu akan memperdalam jurang pemisah diantara kita, ada kesenjangan,” tegasnya.
Menurut Henny, masa jabatan kita ini tiga tahun memang tidak terasa, sayang sekali kadang-kadang tiga tahun belum kembali hubungan harmonis tapi kita sudah terpaksa harus ada kongres lagi. Namun demikian saya merasa masa jabatan tiga tahun untuk sebuah organisasi adalah paling ideal. Saya kemarin mendengar ada yang mengusulkan lima tahun, itu menurut saya kurang tepat, karena organisasi tidak ada suatu pembangunan fisik, kita hanya pembangunan mental.
Organisasi sangat diperlukan regenerasi untuk memajukan roda organisasi.
“Lima tahun terlalu lama untuk pergantian pengurus organisasi, karena perlu pergantian, dan perlu regenerasi atau katakanlah kalaupun sudah bagus kepemimpinannya dan ditambah tiga tahun berikutnya misalnya dipilih kembali sudah cukup bagus juga enam tahun. Tetapi seandainya kepemimpinannya kurang bagus, kita juga tidak usah terlalu lama. Jadi ada daya kita untuk menyampaikan ataupun mengatakan dengan melihat kondisi. Jadi kita juga punya waktu yang tepat untuk menyampaikan aspirasi kita,” katanya.
“Jadi kalau untuk sebuah organisasi saya rasa tiga tahun adalah yang paling tepat,” pungkasnya. (nald)