MetroTimes (Surabaya) – Bimbingan Teknis (Bimtek) Komunikasi Politik yang diselenggarakan di Hotel Santika Gubeng Surabaya, Selasa (7/2/2023) yang merupakan kerjasama antara DPRD Kabupaten Mojokerto dengan Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya.
Narasumber Dosen Untag, Dr. Hj. Sumiati M.M., menyampaikan, Bimtek komunikasi politik di masa tahun politik sekarang ini, saat anggota dewan menjaring aspirasi masyarakat membutuhkan teknik, agar masyarakat bisa memahami skala prioritas. Sehingga masyarakat tidak mudah kecewa, karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
“Memberi materi tentang komunikasi dalam Penjaringan Aspirasi Masyarakat, maksudnya sekarang sudah memasuki tahun-tahun politik, teknik komunikasi yang bagaimana yang dipakai ? Karena komunikasi ini komunikasi politik, apalagi dengan kaitannya penjaringan aspirasi masyarakat,” tandasnya.
Ia melanjutkan, Bagaimana supaya mengena ? Bahwa tugas DPR itu sesuai dengan fungsinya ada tiga, yaitu Fungsi Legislasi, Fungsi Kontroling dan Fungsi Bagetting.
“Bahwa DPR itu bukan Problem Solver (pemecah masalah) semua permasalahan yang ada. Karena ketika anggota dewan itu turun, masyarakat itu anggapannya DPR itu membawa ini itu. Padahal anggota dewan itu terbatas dengan wewenang tiga fungsi itu,” ujarnya.
Menurut Dosen Ilmu Komunikasi Politik Untag ini , Begitu juga anggaran yang dibawakan anggota dewan ketika Reses juga terbatas. Maka yang direalisasikan menurut skala prioritas sesuai dengan kekuatan APBD.
Bagaimana cara komunikasi yang efektif ? Teknisnya bagaimana ?, supaya konstituen tidak kecewa.
Sumiati menuturkan, anggota DPR bisa memberikan jawaban yang meyakinkan konstituen atau masyarakat, misalnya dengan dengan memberi penjelasan bahwa, kegiatan usulan poket itu belum bisa direalisasikan tahun ini, mungkin prioritasnya kepada kegiatan yang lebih dibutuhkan masyarakat. Maka akan diusulkan untuk PAPBD atau bahkan APBD tahun berikutnya.
“Maka dibutuhkan bagaimana komunikasi, tehniknya yang baik supaya masyarakat tidak kecewa. Terlebih penting tidak membuat masyarakat semakin apatis, bahkan bisa benci terhadap politik,” pungkas Sumiati. (nald)