MetroTimes (Surabaya) – Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat staf dosen Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) Unair dengan topik Pengabdian Masyarakat Stunting dan Covid-19 di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, Jalan Kedinding Lor Surabaya.
Edukasi yang diberikan kepada Santri Husada sangat penting, karena peran Santri Husada, atau yang biasa disebut Kader Kesehatan remaja dibentuk dengan tujuan dan upaya Proventif dan Promotif Kesehatan. Salah satu tujuannya untuk menjaga masyarakat Pesantren dan masyarakat sekitar agar angka masyarakat sehat terjaga dan semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya.
Ketua Pengmas (Pengabdian Masyarakat) di FKM Unair. Riris Diana Rachmayanti, S.KM., M.Kes mengatakan, jadi tujuannya yang pertama adalah karena saat ini era pandemi, kita juga ingin edukasi kepada Santri Husada atau kepada masyarakat yang ada di pondok pesantren, karena beberapa kasus itu memang ada klaster di pondok pesantren. Dan karena kita di Surabaya dan salah satu pondok pesantren terbesar itu adalah Assalafi Al Fithrah yang kebetulan antar Fakultas Kesehatan Masyarakat dan pondok pesantren Assalafi Al Fithrah sudah terjalin hubungan baik. Kita akhirnya hubungan kolaborasi yang sangat kuat, dan sudah berlangsung sejak 2011.
“Kami ingin berkontribusi bekerja sama untuk menjaga jangan sampai penyebaran Covid ini terjadi di pondok pesantren Assalafi Al Fithrah. Karena jumlah santri disini cukup besar, ada sekitar 4000 santri. Sekarang saat ini di era pandemi dan kebetulan santri juga baru masuk dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Dan itu pun berjenjang, bertahap dari santri yang masuk,” terang Riris disela-sela pemberian bantuan secara simbolis di Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya, Selasa (10-11-2021).
“Harapannya ketika nanti mereka (santri) masuk di pondok pesantren, bisa menerapkan AKB (Adaptasi Kehidupan Baru) yang baik dan benar, dengan edukasi dari kami, dengan panduan dan bimbingan FKM serta dengan kolaborasi antara FKM dengan pondok pesantren,” imbuh Riris.
Sementara Muthmainnah, S.KM., M.Kes., Tim Dosen Pengmas FKM Unair, menyampaikan, kaitanya dengan stanting. Kita membentuk kader dakwah sehat yang fungsinya di dalam pondok pesantren itu ada beberapa upaya pencegahan stanting. Salah satunya teman-teman nanti di dalam pendamping gizi, kemudian diluar itu ada Posyandu remaja, kalau disini harapannya ada pemeriksaan rutin juga.
“Kita juga punya buku namanya pengembangan integrated model communication beverage cans dalam pencegahan stanting pondok pesantren Assalafi Al Fithrah. Dimana kita jelasin di dalam buku ini apa KDS. KDS itu, kita mengerti makan dari Stanting Husada yang kita bentuk sejak tahun 2011, untuk mengoptimalkan perannya di dalam upaya pencegahan stanting,” tutur Muthy sapaannya.
“Stanting Husada tujuannya meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan stanting, kemudian mereka punya rasa peduli kepada teman-temannya, dan juga menyampaikan isi pesan stanting, prinsipnya sehat, stimulus, empati, hati yang besar untuk berbagi. Mereka aktif juga di dalam melaksanakan informasi kesehatan dan semua kegiatan itu bisa diukur dan kita ada lembar kontrol kader dakwah sehat,” paparnya.
Lebih lanjut Muthy mengatakan, kami berharap setiap teman-teman yang mengedukasi temannya itu dicatat. Jadi sebagai indikator sudah disampaikan ke temannya. Kemudian di dalam buku ini ada penjelasan stanting, kemudian ada 19 pesan stanting. Dimana kita jelasin, kayak ibu hamil, makan lebih banyak dari biasanya, mengkonsumsi tablet tambah darah, mengikuti kelas ibu hamil. Loh kok santri ada ibu hamilnya ? Karena mereka sebenarnya calon ibu, bahkan di dalam pondok pesantren juga ada ustadja itu juga calon pengantin yang juga bakal jadi ibu juga.
“Kita siapkan mulai dini, semua ada 19 pesan dan bedanya buku ini karena ini untuk pondok pesantren itu ada muatan konsep Al Qur’an dan Hadist yang itu kaitanya dengan pesannya, misal, Ibu hamil makan lebih banyak dari biasanya, kemudian ternyata Al Qur’an itu ada di surat An Nahl ayat 14, Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur,” ucapnya.
Jadi sebenarnya Qur’an dan Hadits itu sudah menyampaikan edukasi-edukasi untuk pencegahan stanting namun belum dibukukan.
“Targetnya yang pertama teman-teman bisa semakin tahu bahwa mereka perannya itu sangat besar, apalagi di dalam adaptasi kebiasaan baru,” imbuh Muthy.
Ustad Ali Mastur Kabag Umum Administrasi Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah, menyampaikan, kalau dari pondok pesantren sendiri insyaallah welcome, sangat terimakasih. Apalagi dari FKM Unair yang memang sudah lama menjadi mitra kami. Mitra terkait dengan pendampingan, pembinaan terkait dengan PHBS santri yang ada di Assalafi Al Fithrah. Insyaallah mitra dengan FKM Unair mulai tahun 2011, dan kita dibina oleh FKM Unair dan juga ada dari Puskesmas kali Kedinding.
“Alhamdulillah sampai saat ini sudah gelombang ke empat. Kalau yang sudah kembali di pondok ini sudah tatap muka, pembelajaran di sekolah sudah tatap muka, cuman pengajarnya khusus pengajar yang sudah domisili di pondok. Adapun pengajar yang ada di luar tetap kita fasilitasi untuk pendidikan secara daring,” pungkasnya. (nald)