MetroTimes (Surabaya) – Geliat Santun Airlangga menggelar sosialisasi CTPS, aplikasi Geliat Santun dan pengambilan safe school kit yang diberikan pada 30 lembaga MTS dan 55 lembaga MI di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR Kampus C Mulyorejo, Surabaya, Rabu (5/1/2022).
Pandemi Covid-19 masih belum selesai dan protokol kesehatan 5M (Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan pakai sabun, Menjauhi kerumunan dan Mengurangi Mobilitas) perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 pada saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Penerapan protokol kesehatan tersebut sepertinya membutuhkan upaya perubahan perilaku, dan Tim Geliat Santun UNAIR bersama UNICEF menawarkan pendekatan perubahan perilaku yang referensinya dapat diakses melalui aplikasi Geliat SANTUN yang sudah dikembangkan.
Aplikasi ini dikembangkan dengan tujuan
1. Memberikan edukasi Sanitasi secara aman dan sehat melalui fitur SEduFun.
2. Penilaian kondisi sanitasi di sekolah fasilitas kesehatan melalui fitur Sudah Santunkah lingkunganmu ?
3. Konseling online melalui fitur KosAn.
Selain aplikasi tersebut, sebagi bentuk komitmen Tim Geliat Santun dan UNICEF dalam mendukung pemerintah daerah melaksanakan PTM yang aman dan sehat di satuan pendidikannya, juga ada bantuan paket material pembersih atau kami sebut SAFE SCHOOL KITS seperti cairan cuci tangan/hand sanitizer dan cairan disinfeksi untuk sejumlah satuan pendidikan di Kota Surabaya dan Kabupaten Jember.
Safe School Kits ini merupakan donasi dari PT. Wings Peduli dalam upaya bersama untuk mewujudkan tangan bersih untuk semua melalui platform kemitraan pemerintah dan swasta yang di bentuk tahun lalu bersama berbagai pihak dari Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, UNICEF, Lembaga Swadaya Masyarakat serta perusahaan-perusahaan yang peduli seperti PT. Wings Peduli.
Kegiatan ini adalah stimulus saja, tetap kunci keberhasilan Program ini adalah keterlibatan masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat (dari oleh dan untuk masyarakat). Harapannya masyarakat sebagai agent of change dalam implementasi PTM yang aman dan sehat.
Dalam sambutannya, Prof Nyoman Anita Damayanti, Ketua Geliat Santun (Sanitasi Tuntas) menyatakan, kerjasama UNICEF dan UNAIR ini dengan mengadakan sosialisasi CTPS, aplikasi Geliat Santun dan pengambilan safe school kit ini, bertujuan untuk menyehatkan masyarakat.
“Cita-cita kita meraih kemakmuran bangsa dan kita komitmen apa manfaat bagi masyarakat. Untuk menyehatkan masyarakat, melibatkan semua sektor yang berperan serta secara aktif.,” ucapnya.
Adanya kerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya ini, Abdul Hakim Muhid MA, perwakilan dari Kantor Kementerian Agama menyampaikan , rasa terima kasih , karena telah peduli pada lembaga MTS dan MI.
“Kami melakukan pembelajaran MTS dan pondok pesantren dengan bimbingan dari FKM UNAIR dan Geliat Santun. Kita bersama sama mengantisipasi kegiatan belajar dengan baik, selama pandemi Covid-19 ini,” ujarnya.
Abdul Hakim berharap kerjasama Kementerian Agama dan FKM UNAIR ini bisa berlanjut dan pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Apalagi, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa-Timur , Wahid di Radio SS bahwa Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas 100 persen akan diterapkan nantinya. Ini yentunya dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
“Terlebih lagi, Wali Kota SUrabaya Eri Cahyadi menyatakan warga Surabaya yang terkena Covid-19 varian Omicron sudah tiga orang dan semoga tidak merembet (bertambah),” pintanya.
Dalam pembukaan acara, Dekan FKM UNAIR Santi Martini menegaskan, FKM UNAIR melakukan penelitian dan pengabadian masyarakat. Geliat salah satu bentuk penelitian dan teori yang dipelajari dan disampaikan pada masyarakat.
“Untuk memutus rantai penularan Covid-19 membutuhkan peran serta kita semua dan menjadi tanggungjawab bersama. Mengubah perilaku masyarakat dan salah satunya dengan mengedukasi masyarakat. Yakni dengan 3 M dan 2 M (5-M) meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak , menjauhi kerumunan” katanya.
Kini, lanjut Santi Martini, varian Omicron sudah masuk Surabaya. Namun sudah diketahui cara pencegahannya dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjauhi kerumunan. Mereka yang terpapar Omicron itu kebanyakan datang dari luar negeri.
“Nggak perlu takut dan tetap menerapkan prokes. Apalagi sudah divaksin dua kali. Rencananya pada Januari akan dilakukan vaksin booster 3 untuk tenaga kesehatan dan lansia. Sekarang ini, kondisi Indonesia sudah baik. Akan tetapi, tetap waspada dn jangan panik. Tetap aktivitas dan jaga prokes,” cetusnya.
Kedepannya, vaksinasi akan terus dilakukan dan menjadi bagian rutin dan harus diterapkan booster ini.
Santi Martini mengingatkan, jikalau ada yang menderita flu, batuk dan pilek, hendaknya jangan diabaikan selama pandemi Covid-19 ini. Sebab, kondisi tubuh menurun dan sebaiknya di rumah saja. Jikalau kondisi tubuh belum membaik, sebaiknya lakukan tes rapid. Terbukti terpapar Covid-19, harus melakukan isolasi.
“Kami ikut membantu pemerintah untuk memutus rantai penularan Covid-19. Salah satunya melalui sosialisasi 5 M, juga membantu kit-nya. Mengurangi mobilitas, siapkan tempat cuci tangan dan menjaga prokes. Menerapkan prokes di Pondok Pesantren. Terpenting adalah dan menjadi agen perubahan masyarakat,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Santi Martini mengungkapkan, tentang Pembelajaran Tatap Muka (PTM) tetap perhatikan Prokes, karena di negara lain malah meningkat. Oleh karena itu, FKM UNAIR melakukan kegiatan edukasi pada masyarakat mengenai pencegahan Covid-19.
Kini, varian Omicron telah masuk Surabaya, maka penempatan Satgas Covid 19 di tingkat RT/RW itu sangat tepat sekali, bertujuan agar pengawasan terhadap jalannya protokol kesehatan (prokes) semakin diperketat lagi. (nald)