- iklan atas berita -

Metro Times (Magelang) BPBD Kabupaten Magelang menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Gunung Merapi di Aula Pusdalops Kantor BPBD Kabupaten Magelang, Selasa (19/2).

Dalam Rakor ini dipimpin langsung oleh Bupati Magelang Zaenal Arifin, S.I.P, dan dihadiri oleh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto, Forpimda Kabupaten Magelang atau yang mewakili, Kepala OPD atau SKPD Kabupaten Magelang dan Forpimcam se Kabupaten Magelang.

Dalam arahannya, Bupati Magelang Zaenal Arifin, S.I.P, menyampaikan, pihaknya mendesak semua jajarannya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman Gunung Merapi yang saat ini aktivitasnya terus meningkat.

“Saya perintahkan semua sektor melakukan verikasi atau pendataan ulang apa-apa yang dibutuhkan dan apa yang belum” terangnya.

Bupati juga menghimbau agar melakukan pendataan penting guna memperhitungkan kekuatan dan potensi dalam mengantisipasi ancaman Gunung Merapi. Karena Pemerintah akan selalu hadir, melakukan yang terbaik, menjaga, melindungi seluruh masyarakat bersama-sama dengan seluruh jajaran yang ada, TNI Polri, relawan dan seluruh kekuatan yang ada. Tidak hanya sampai disitu saja, namun pihaknya akan selalu menyiapkan personil, dan Pemerintah Kabupaten Magelang juga mendata fasilitas dan infrastruktur, jalur evakuasi yang rusak harus ada pendataan mana yang rusak untuk segera kita perbaiki.

ads

“Seperti pada erupsi Gunung Merapi 2010 dan letusan freatik 2018 lalu, Kabupaten Magelang menerima ratusan pengungsi asal Kabupaten Boyolali, dan Pemerintah Kabupaten Magelang pasti membantu dari manapun, karena pada prinsipnya semuanya hidup bergotong-royong bantu-membantu, dan anggarannya sedang dihitung, setidaknya minggu depan sudah dilaporkan” tambahnya.

Sementara Edy Susanto, selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, dalam sambutannya mengatakan, bahwa jumlah pengungsi Kabupaten Magelang mencapai 53.592 jiwa lebih, dan pengungsi itu berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, yakni dari Kecamatan Srumbung, Dukun, dan Sawangan. Jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah dari wilayah Tlogolele, Jrakah dan Selo Boyolali. Karena bencana itu tidak mengenal batas administrasi, serta pelayanannya pun tidak mempermasalahkan administrasi, dan tidak hanya pengungsi dari Boyolali saja, namun pengungsi dari manapun akan dilayani.

Edy juga menambahkan di Kabupaten Magelang tersebar 17 Tempat Evakuasi Akhir (TEA) yang dibangun oleh BNPB, dan terdapat 10 TEA dibangun Pemerintah Kabupaten Magelang pada 2018, selebihnya merupakan bangunan fasilitas milik desa yang bisa digunakan dalam program Sister Village atau Desa Bersaudara untuk penanganan pengungsi. Selain itu, kelayakan dan pelayanan yang juga tak kalah penting adalah infrastruktur penyelamatan pengungsi, tidak hanya jumlah jiwa yang harus diperhitungkan saja, namun infrastruktur penyelamatan juga harus dipersiapkan, dimana titik rawannya, jangan sampai masyarakat yang selamat dari ancaman erupsi Gunung Merapi tapi tidak selamat di jalan.

“Rapat Koordinasi ini adalah sebagai salah satu langkah kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman Gunung Merapi, antara BPBD Kabupaten Magelang dengan Pemerintah Kabupaten Magelang, agar nantinya antara BPBD dan Pemerintah Kabupaten bisa bersinergi lebih apik dalam menghadapi segala sesuatunya” jelas Edy Susanto, selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang. (Arif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!