MetroTimes (Kediri) – Keluarga Wali Kota Kediri menguasai 100 persen saham PT.Kediri Djajati Perkasa, perseroan yang menaungi klub sepak bola Persik Kediri. Jajaran direksi maupun komisaris diduduki kerabat dekat Wali Kota, mulai paman, keponakan sampai sepupu. Bahkan di jajaran official Persik terdapat menantu Abdul Bagi. Sosok Abdul Bagi selama ini dikenal sebagai tokoh salah satu partai politik di Kota Kediri. Bahkan menjadi ketua DPD. Abah Bagi, sebutan akrabnya, adalah paman dari Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
Hendra Setyawan, mantan Direktur Utama PT.Kediri Djajati Perkasa sekaligus mantan bendahara Persik Liga 3 dan Liga 2, saat dimintai keterangan mengungkapkan dirinya mengundurkan diri dari jajaran pengurus Persik lantaran mensinyalir kepengurusan sudah tidak sehat. Hal itu terjadi setelah Persik menjuarai Liga 2 tahun 2019, dimana jabatan CEO langsung diduduki keponakan Wali Kota.
” Saya diminta menandatangani surat pengunduran diri yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Abdul Hakim (keponakan Wali Kota). Jadi form Pengunduran Diri sudah disiapkan oleh mas Hakim sebelumnya dan diberikan ke saya, minta untuk saya tandatangani. Dari situ saya merasa tenaga dan pikiran saya sudah tidak dibutuhkan lagi di Persik. Langsung saya tandatangani, karena saya sudah tidak punya kepentingan disini (Persik). Pikiran saya aneh-aneh waktu itu. Ada tanda tanya besar dalam benak saya.” Kata Hendra yang juga jurnalis salah satu televisi swasta nasional.
Lebih jauh, sebelum diminta mundur, Hendra juga diminta melepas jabatan Direktur Utama PT. Kediri Djajati Perkasa, untuk digantikan Salim Affan, yang tak lain keluarga Wali Kota. Saat itu tak hanya Hendra yang diminta sahamnya. Beny Kurniawan eks manajer dan Subiyantoro eks. CEO Persik juga diminta sahamnya.
“Terakhir saya menjabat sebagai asisten manajer tim Persik Liga 1. Setelah itu saya tidak tahu lagi perkembangan di Persik.” ungkapnya.
Subiantoro, mantan CEO dan Komisaris Utama PT.Kediri Djajati Perkasa, menyampaikan, waktu saya masih dipercaya sebagai CEO, sekaligus Komisaris Utama PT. Kediri Djajati Perkasa, saya pernah membuat statement dihadapan Suporter, bahwa di era saya, nanti dua atau tiga tahun setelah berjalan, bahwa suporter nanti juga berhak memiliki sebagian saham Persik.
“Persik ini secara sejarah memang milik publik. Meskipun dulu namanya Perserikatan itu di kelola oleh Pemda. Sekarang berdasarkan regulasi yang berkembang di PSSI, akhirnya harus berbadan hukum. Bagaimanapun Persik tidak bisa dilepaskan dari publik. Publik berhak, sangat berhak untuk memiliki Persik,” terang Subiantoro yang akrab disapa Toro.
“Suporter adalah aset terbesar dan itu sudah kita buktikan ketika di Liga 2 dan Liga 3. Saat itu Persik minim sponsor, justru pendapatan kita terbesar itu dari Suporter. Sehingga mau tidak mau, suporter itu menjadi bagian penting dari sebuah klub,” jelasnya.
Toro menambahkan, saya tidak ada masalah Persik di ambil keluarga Wali Kota, hanya saja paska pengalihan saham PT Kediri Djajati Perkasa ke Wali Kota itu justru dimunculkan fitnah, dimunculkan isu-isu yang justru menyudutkan keberadaan pengurus 2019 yang nyata-nyata secara prestasi sudah berprestasi membawa Persik juara Liga 2 dan juara Liga 3.
Lebih lanjut Toro mengatakan, setelah saya lepas dari Persik saya sudah tidak mengurusi lagi. Tetapi sampai hari ini Persik masih punya tanggungan ke saya dan teman-teman pengurus semua, karena gaji kami di 2019 yang sudah rasionalisasi itu pun sampai sekarang belum dibayarkan. Teman-teman sudah menagih tapi tidak ada kepastian.
Persik menjadi kendaraan politik. Menurut saya begitu, karena Persik ini sebuah panggung yang besar, terlihat yang dimasukkan itu notabene adalah keluarga Wali Kota yang terjun di dunia politik. Apakah ini ada desain melanjutkan kepemimpinan Wali Kota. Karena bagaimana pun Persik itu panggung besar, siapapun bisa joget.
Anggota suporter Persik, kalau secara statistik itu bisa mencapai 150 ribuan bahkan lebih. Tersebar tidak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri.
“Teman-teman kita yang bekerja di luar negeri itu juga sampai hari ini sangat loyal kepada Persik, bahkan ketika Persik bertanding itu teman-teman di luar negeri, rela membeli tiket dengan tujuan membantu finansial Persik waktu itu. Kita menjual tiketnya online. Padahal mereka tidak mungkin nonton, tapi mereka membeli tiket, itu menunjukkan bahwa mereka sangat loyal kepada Persik dan rasa ikut memiliki,” pungkas Toro.
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar saat di hubungi melalui telepon tidak merespon.
Sehingga media menghubungi Tejo sekretaris pribadi Wali Kota Kediri, merespon dengan menjawab, ‘Mohon waktu’. Kemudian selang beberapa menit memberitahukan, ‘saya koordinasi dengan Humas dulu pak’.
Sementara CEO Persik Abdul Hakim Bafagih, tidak bisa di hubungi. (nald)