MetroTimes (Magelang) Berbagai kegiatan untuk mengisi waktu selepas jam dinas merupakan suatu upaya melepas rasa letih bagi prajurit setelah menyelesaikan tugas harian. Tak terkecuali bagi Sersan Satu Anwari. Sertu Anwari, Anggota Kodim 0705/Magelang yang sehari-harinya bertugas sebagai ajudan Dandim 0705/Magelang juga memiliki kegiatan untuk mengisi waktu selepas jam dinas. Namun, kegiatan yang dilakukan oleh Anwari tersebut terhitung sangat jarang dilakukan oleh anggota TNI yang lainnya.
Ya, setiap hari Senin hingga Jum’at antara pukul 16.00 hingga 21.00, Anwari sudah siap melayani pelanggan yang datang. Jasa potong rambut “COMANDO” siap merubah penampilan rambut pelanggan.
Anwari yang masuk menjadi anggota TNI AD tahun 1997 mulai merintis jasa potong rambut di rumahya sejak tahun 2015. Sehari-harinya selepas pulang dinas, Anwari langsung membuka tempat jasa potong rambut. Walau demikian Anwari selalu siap dipanggil ke kantor kembali apabila ada pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Nama jasa potong rambut “Comando” terinspirasi dari satuan dimana Sertu Anwari berdinas. Sebelum bergeser ke Kodim 0705/Magelang, Sertu Anwari adalah salah satu prajurit Kopassus yang berdinas di Grup 2 Kartosuro.
“Saya merintis jasa potong rambut ini pada tahun 2015” ungkap Anwari sambil tersenyum.
Usaha jasa potong rambut “Comando” yang berada disisi ruas jalan Magelang – Salatiga tepatnya di Dusun Diwak, Purwosari Tegalrejo sama dengan jasa potong rambut pada umumnya.
Dengan mematok tarif jasa potong rambut sebesar enam ribu rupiah, ternyata banyak masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa yang datang menggunakan jasanya. Anwari juga menyediakan buku-buku bacaan ditempat usaha potong rambut.
“Saat ini tarif potong rambut baik anak atau dewasa sebesar Rp 6.000, yang Rp 1.000 saya masukan kotak amal” terang Anwari.
Rata-rata bisa mencukur 15 sampai 20 orang setiap hari Sabtu dan Minggu. Sedangkan untuk Senin hingga Jumat hanya mencapai 8 kepala saja. Jasa potong rambut buka pagi hingga malam setiap hari libur, dan untuk Senin hingga Jumat buka saat selesai pulang dinas.
Sang isteri, Hendri Sumarliana SPd tidak merasa malu mempunyai suami prajurit yang nyambi jadi tukang cukur. Bahkan Ibu dari Wafa Orlen Nandana dan Tirza Albion Widiyadana merasa bersyukur dengan “sampingan” yang dilakukan oleh sang suami. Dari kotak amal yang ada di jasa cukur disumbangkan pada pembangunan mushala di Dusun Bateh Desa Bawang Kecamatan Pakis, Magelang.
Dihubungi melalui telepon selulernya, Dandim 0705/Magelang Letnan Kolonel Inf Hendra Purwanasari mengaku sudah mengetahui hal ini, bahkan Dandim mengapresiasi usaha yang dilakoni anak buahnya dalam mencari penghasilan tambahan.
“Saya mendukung apa yang dilakukan oleh anak buah saya, karena pekerjaan sampingan itu dilakukan diluar jam dinas atau saat hari libur” terang Dandim.
Letkol Hendra tidak melarang anak buahnya mencari penghasilan tambahan, asal apa yang dilakukan tidak bertentangan dengan aturan ketentuan. Lebih lanjut Letkol Hendra juga berpesan kepada seluruh anggotanya agar pandai-pandai mengatur keuangan keluarga. Karena pengasilan prajurit hanya mengandalkan dari gaji saja. Bagi anggota yang mempunyai pekerjaan sampingan Dandim tidak melarang, asal jangan sampai mengganggu pekerjaan yang utama yaitu sebagai prajurit TNI AD.
“Silakan mencari penghasilan tambahan, asal jangan melanggar ketentuan dan aturan yang ada di TNI AD. Tidak usah malu menjadi peternak, petani atau tukang cukur” lanjut Dandim.
Menurut Dandim, apapun pekerjaan yang ditekuni, asal tidak menyalahi aturan maka hal itu bisa dibenarkan. Ketika ditanya apakah penghasilan prajurit tidak cukup dari gaji bulanan, Dandim mengatakan negara memberikan gaji pada prajurit sudah melalui pertimbangan dan perhitungan yang matang. Cukup dan tidaknya gaji tergantung dari perilaku dan gaya hidup individu prajurit tersebut.
“Kalau seorang prajurit setiap harinya makan di restoran ya tentu saja gaji itu tidak akan cukup, belum lagi untuk kebutuhan lain”pungkas Dandim. (Arif)