Metro Times (Surabaya) – Membiasakan membaca buku kepada anak-anak sejak usia dini penting dilakukan untuk pembentukan karakter anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Kepala Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP UNAIR Ibu Ika bekerjasama dengan TK Al-Wahyu dalam rangka mewujudkan implementasi revolusi mental gemar membaca, mengadakan kegiatan seminar Deklarasi Gerakan Literasi Sekolah yang bertema “Anak Gemilang Dengan Berbudaya Iqro’ ” di Gedung Aula Bhineka Bhakti Al-Wahyu Jl. Rungkut Menanggal Blok Z Surabaya, Sabtu (16/9/2017).
Dalam acara tersebut menghadirkan Kepala Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Drs. Wiwiek Widayati sebagai nara sumber dalam acara seminar tersebut. Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, minat baca pada anak di surabaya sangat baik, karena seluruh stakeholder ikut bergerak bersama sehingga percepatan pertumbuhan budaya baca terus meningkat dan berjalan dengan baik.
“Berdasarkan data yang ada pada tahun 2016 minat baca anak terletak di angka 60 persen, sedangkan target 2017 sekitar 70%,” terangnya. Hal ini akan mendorong tingkat baca perpustakaan nasional untuk menumbuh kembangkan minat baca sekaligus mempercayakan surabaya sebagai percontohan minat baca,” tambah Wiwik.
Saat ini, Pemkot telah menyediakan lebih dari 1.399 perpustakaan atau taman bacaan di Surabaya yang tersebar di kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling.
Seperti yang terjadi di salah satu taman bacaan (TBM) yang sampai saat ini banyak pengunjungnya adalah Taman Flora di Jalan Manyar, Surabaya. TBM Taman Flora memiliki lebih dari 2 ribu koleksi bacaan, mulai dari cerita anak, novel, buku agama, hingga buku-buku berbagai keahlian.
“Koleksi TBM memang tergolong sedikit bila dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan besar. Namun, begitulah konsep Pemkot yang ingin membuat taman bacaan dalam ukuran kecil, tetapi dalam jumlah banyak dan mudah dijangkau masyarakat,” ungkap Wiwik.
“Kalau bicara minat baca, tidak hanya belajar membaca tapi membiasakan membaca. Berarti ada strategi yang dikembangkan oleh para pendamping TBM misalnya program strory telling,” tandasnya.
Terlepas dari peran pemerintah, dalam proses memajukan kegemaran minat baca pada anak agar bisa terwujud. Ada tiga faktor lain yang dinilai turut memiliki andil besar dalam menggelorakan minat baca pada anak yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.
“Salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca anak yang paling mudah adalah dengan cara membiasakan membacakan dongeng saat sebelum menidurkan anak,” imbuhnya.
Seperti kita ketahui, walikota menggerakkan 450 pustakawan untuk disebar di taman baca dan perpustakaan demi mewujudkan kampung atau kota literasi,” ungkap Wiwik. (nald)