MetroTimes (Surabaya) – Seorang anak perempuan berinisial YAG (8) diduga mengalami kekerasan fisik setelah dilaporkan hilang pada awal September lalu. Kasus ini menjadi sorotan setelah orang tua korban melaporkan dugaan penculikan dan penganiayaan terhadap putri mereka yang ditemukan kembali dalam kondisi memprihatinkan.
Korban penculikan dan kekerasan fifik. Dalam kesaksiannya yang mengharukan, anak tersebut mengungkapkan sejumlah perlakuan buruk yang dialaminya selama disekap oleh pelaku.
Korban menceritakan bahwa dirinya dibawah paksa dari rumahnya menggunakan layanan transportasi online menuju rumah seseorang perempuan yang diduga terlibat dalam aksi penculikan ini, sebelum dibawa ke lokasi persembunyian korban sempat mampir ke rumah neneknya yang diduga turut serta dalam aksi penculikan. Namun, perjalanan yang awalnya dianggap biasa itu ternyata berubah menjadi pengalaman traumatis bagi korban.
Selama disekap, korban mengaku mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik. Ia sering ditampar, dipukul, bahkan pernah diikat tangan dan kakinya sehingga tidak bisa bergerak. Mulutnya pun ditutup menggunakan lakban untuk mencegahnya berteriak atau berbicara. Selain itu, ia juga dituduh mencuri uang, meskipun ia mengaku tidak melakukannya. Tuduhan tersebut justru menjadi alasan bagi pelaku untuk terus melakukan kekerasan.
Kondisi korban selama disekap pun sangat memperhatikan. Ia hanya diberi makan sekali sehari, biasanya hanya mie instan tanpa nasi. Menurut kesaksiannya, kondisi tersebut berlangsung selama beberapa minggu, di mana ia merasa sangat lapar dan kelelahan. Tidak hanya kekurangan makan korban juga tidak diberi kesempatan untuk berbicara atau meminta bantuan dari siapapun.
Selain itu korban juga mengungkapkan dugaan adanya manipulasi yang dilakukan oleh pelaku. Korban menceritakan bahwa ia pernah diajak untuk melakukan visum palsu di sebuah rumah sakit sebagai upaya membenarkan kondisi fisiknya yang terluka. Pemeriksaan medis ini dilakukan tanpa alasan yang jelas dan tampaknya hanya untuk mendukung narasi perilaku.
Menurut pernyataan orang tua, YAG, Imanuel Wahyudi, anak saya mengalami luka-luka di tangan, lutut, serta kehilangan beberapa giginya akibat pemukulan. YAG mengaku disekap di sebuah lokasi di daerah Kelimbungan, Surabaya, selama beberapa hari tanpa sepengetahuan keluarganya. Orang tua korban sangat terpukul melihat kondisi putrinya dan meminta keadilan atas tindakan yang dialami anak mereka.
“Kami tidak terima anak kami diperlakukan seperti ini. Dia tidak bersalah, dan sebagai orang tua, kami akan terus memperjuangkan haknya,” ujar ayah korban, yang menegaskan pentingnya penegakan hukum atas peristiwa ini.
Sementara pengacara Joenus Koerniawan, SH., MH., menyampaikan,
Keluarga sebelumnya melaporkan kehilangan anak mereka pada 6 September 2024. Namun, setelah anak tersebut ditemukan dalam kondisi terluka, laporan yang awalnya dikategorikan sebagai kehilangan anak ini berkembang menjadi laporan dugaan penculikan dan penganiayaan. Berdasarkan pengakuan anak YAG, dugaan kekerasan dilakukan oleh seorang anggota keluarganya sendiri, dan keluarga kini berencana melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Surabaya.
“Kami berharap pihak kepolisian dapat menindaklanjuti kasus ini dengan serius. Anak kami butuh keadilan, dan kami ingin agar pelaku diusut tuntas,” tambah Joenus .
“Pihak keluarga juga meminta kepada aparat setempat untuk mengklarifikasi informasi mengenai lokasi penyekapan dan memastikan tidak ada warga sekitar yang terlibat dalam peristiwa ini,” imbuhnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian masih dalam tahap penyelidikan untuk mengungkap dalang di balik dugaan penculikan dan penganiayaan terhadap korban.
(nald)