- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo harus bekerja exra keras untuk mengatisipasinya, apa lagi wilayah Purworejo memiliki skor kebencanaan sebanyak 12, dan menempati urutan kedua di Jawa Tengah di bawah Kabupaten Cilacap. Hal itu tentu memerlukan tingkat persiapan yang harus benar-benar serius menghadapinya. Sosialisasi terhadap masyarakat merupakan langkah utama yang harus dilakukan oleh BPBD Kabupaten Purworejo.

Sementara itu, menurut Kepala BPBD Kabupaten Purworejo, Drs. Sutrisno, SI. Banjir dan tanah longsor merupakan bencana yang kerap melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Purworejo. Salah satunya adalah di Kecamatan Bruno. Sekitar 30 rumah dan ratusan jiwa di Desa Puspo terancam tanah bergerak, tiga rumah diantaranya sudah miring posisinya. Dan para penghuninya sudah mengungsi ke rumah saudaranya.

“Kita sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat di tiga desa yang terdampak tanah bergerak. Pertama kami ingatkan jika intensitas hujan tinggi, segeralah mengungsi. Sehingga jika bencana benar-benar terjadi, tidak ada korban jiwa,” ungkap Sutrisno saat ditemui metrotimes di ruang kerjanya, Rabu (7/11) pagi.

ads

Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana juga harus paham bagaimana mempersiapkan diri jika bencana datang sewaktu-waktu. Bagaimana harus evakuasi, dokumen-dokumen penting juga harus disatukan dan disimpan supaya aman.

“Kami sudah bersurat kepada para camat yang daerahnya berpotensi terdampak bencana. Dihimbau supaya membentuk Satgas Kebencanaan, Satgas Titik Kumpul dan Satgas Evakuasi. Untuk urusan logistik, Insya Allah tidak kekurangan stok masih banyak. Menghadapi musim penghujan kali ini kami sudah siap penanganan dan logistiknya,” tegas Sutrisno.

Bukan saja di Desa Puspo, retakan tanah juga terjadi di Desa Brunosari dan Desa Cepedak Kecamatan Bruno seluas 150M2. Tanah retak juga terjadi di Desa Wonotopo, Kecamatan Gebang. Pihak BPBD telah menginstruksikan agar rekahan-rekahan tanah segera ditutup supaya jika hujan turun tidak dimasuki air yang akan membuat tanah semakin labil. Juga dibuat saluran air alternatif, sehingga air tidak melewati tanah yang retak tersebut.

Selain tanah longsor, Purworejo juga berpotensi terdampak tsunami, mengingat beberapa wilayahnya berada di pinggir Samudera Hindia. BPBD telah mempersiapkan early system warning (EWS) atau peringatan akan terjadinya tsunami di 12 titik dan masih akan ditambah.

“Kami sudah melakukan sosialisai dan gladi lapangan bagaimana menghadapi bencana. Selain itu, setiap tanggal 26, EWS tersebut kami uji coba. Hingga saat ini masih berfungsi dengan baik,” pungkas Sutrisno. (Daniel)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!