Menjelang Maulid Nabi, Pengrajin Lampu Lampion Banjir Pesanan

0
1827
- iklan atas berita -

Metro Times (Kendal) Menjelang Maulud Nabi Muhammad Saw tahun 1441 Hijriyah, masyarakat di Kaliwungu Kendal banyak memasang beranekaragam lampu lampion.

Tradisi yang telah lama membudaya di tengah masyarakat Kaliwungu ini biasa disebut warga setempat dengan nama Teng-tengan.

Beranekaragam lampu lampion berbentuk kapal, bintang ataupun tokoh kartun ini hanya bisa ditemui di Kaliwungu menjelang perayaan Maulid Nabi.

Hal ini menyebabkan para pengrajin lampu lampion kebanjiran pesanan dan menjadi ladang rezeki musiman.

Lampu lampion banyak dibuat oleh para pengrajin lampu lampion yang berdomisili disekitar Masjid Agung Kaliwungu. Namun seiring perkembangan zaman, pengrajin lampu lampion semakin berkurang dan kini yang masih bertahan hanya sekitar 10 orang pengrajin.

ads

Konon, tradisi yang sudah membudaya di Kaliwungu ini sebagai sebuah bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta dan penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad.

Susanto, seorang pengrajin lampu lampion warga Lurungsari Desa Kutoharjo Kaliwungu mengatakan, pada umumnya menjadi pengrajin lampu lampion dilakukan secara turun-temurun.

“Pembuatan lampu lampion ini tergolong rumit dan membutuhkan ketrampilan khusus,” ujarnya, rabu (6/11/2019).

Dikatakan Susanto, untuk membuat lampu lampion bahan yang dibutuhkan adalah bambu dan kertas warna warni.

“Bambu yang sudah dipotong sesuai ukuran dan dihaluskan, dibentuk menjadi rangka,” terangnya.

Dengan menggunakan paku dan kawat sebagai pengikat, rangka dari bambu dibuat sesuai bentuk yang diinginkan.

Untuk membentuk rangka lampu lampion berbentuk kapal, Susanto mengaku hanya bisa membuat 2 sampai 4 rangka saja dalam semalam. Sedangkan untuk menutup rangka dengan kertas warna warni, setidaknya membutuhkan waktu hingga 3 jam saja untuk 2 rangka kapal berukuran besar.

Dalam satu pekan produksi lampu lampion yang dihasilkan antara 30 hingga 50 buah.

Untuk satu buah lampu lampion dijual dengan harga Rp 25 ribu hingga Rp 40 ribu.

“Jaman dulu lampu lampion banyak diisi dengan lampu teplok, sekarang sudah modern maka banyak yang pakai lampu hias,” tuturnya.

Susanto memilih tetap menjadi pengrajin lampu lampion sebagai usaha sampingan setahun sekali untuk melestarikan budaya menjelang Maulud Nabi.

Sementara itu, bagi warga Kaliwungu, memasang lampu teng-tengan seakan menjadi kewajiban.

Gunawan, warga Kaliwungu menuturkan, memasang lampion di depan rumah menjelang Maulud Nabi sudah menjadi tradisi dan membudaya sejak puluhan tahun lalu.

“Biasanya warga memasang lampion dan didalamnya dipasang lampu warna warni,” jelasnya.

Menurutnya, warga memasang lampion sebagai bentuk penghormatan atas kelahiran nabi akhir zaman.

“Biasanya usai maulud nabi, warga mencopot lampion itu kemudian disimpan untuk dipasang tahun berikutnya,” pungkasnya.(Gus)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!