
MetroTimes (Surabaya) — Dalam upaya meningkatkan kapasitas relawan dan menjamin keamanan pangan di lingkungan pelayanan gizi, Badan Gizi Nasional (BGN) Republik Indonesia Wilayah II mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penjamah Makanan bagi petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Kegiatan ini digelar di Whyndam Hotel Surabaya pada 14–15 Juni 2025 dan diikuti oleh 1.148 peserta dari Kota Surabaya, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Gresik.
Latar Belakang dan Tujuan Bimtek

Staf Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah II BGN, Aby Bintan, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk edukasi kepada petugas penjamah makanan, khususnya yang berasal dari masyarakat umum atau relawan, agar memahami standar teknis dalam pengolahan dan penyajian makanan. Salah satu alasan utama penyelenggaraan pelatihan ini adalah mencegah terjadinya kontaminasi silang, yang kerap terjadi akibat kesalahan penggunaan alat dapur seperti pisau—misalnya penggunaan pisau buah untuk memotong ikan atau daging.
“Bagi masyarakat awam yang direkrut sebagai petugas, hal-hal seperti ini mungkin dianggap sepele. Padahal, jika tidak sesuai prosedur, bisa menimbulkan risiko keracunan atau kontaminasi. Karena itu pelatihan ini sangat penting,” ungkap Aby.
Pelatihan ini merupakan kolaborasi antara BGN dengan berbagai dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup, serta organisasi profesi seperti Persatuan Ahli Gizi (PERSAGI) dan pemangku kepentingan dari SPPG.
Peran Strategis dan Evaluasi Berkala
Bimtek ini juga menekankan peran strategis SPPG dalam menjamin ketahanan dan keamanan pangan, terutama di lingkungan sekolah. Dalam praktiknya, monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap hari melalui Zoom Meeting. Evaluasi tersebut mencakup laporan harian dari KSPPG setelah mereka kembali dari tugas pendistribusian makanan.
“Evaluasi ini penting agar segala temuan dan kejadian di lapangan bisa langsung dikaji, diperbaiki, dan tidak terulang,” tambahnya.
Harapan dan Target Jangka Panjang
BGN berharap para peserta pelatihan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kegiatan pelayanan gizi di daerah masing-masing. “Harapannya adalah tidak terjadi lagi kasus makanan basi atau keracunan, seperti yang sempat viral di masa lalu. Kami menargetkan nol kejadian untuk ke depan,” tegas Aby.
Program ini juga merupakan bagian dari rencana besar nasional untuk membentuk dan memperkuat 30.000 dapur layanan gizi di seluruh Indonesia, sebagai fondasi pemenuhan hak anak atas makanan sehat dan bergizi.
Imbauan bagi Masyarakat
Abi Bintan juga mengimbau masyarakat untuk mendukung program ini. “Masyarakat tidak perlu khawatir soal isu keracunan atau makanan basi. Kita ambil sampel makanan setiap hari, kita evaluasi secara ketat dan bekerja sama dengan dinas-dinas terkait. Harapannya, masyarakat bisa lebih mengenal dan mendukung keberadaan relawan SPPG di lingkungannya,” tutupnya.
(nald)