Metro Times, (purworejo), Di era modernisasi telah banyak budaya yang tergerus oleh waktu. Tak terkecuali adalah budaya permainan tradisional. Tidak sedikit anak zaman sekarang seakan yang tidak lagi mengenal bagaiman cara memainkan permainan tradisional dan bahkan tidak mengetahui permainan tradisional bangsa ini.
Guna melestarikan permainan tradisional bagi anak-anak, warga Kampung Baledono Selis RT 03/09, Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo menggelar lomba permainan tradisional adu kelereng, Selasa (15/8/17) sore.
Tidak hanya diikuti oleh anak-anak, namun kalangan tua turut meramaikan acara yang digelar dihalaman rumah itu. Perlombaan kali ini juga sekaligus sebagai ajang memeriahkan perayaan HUT RI ke 72.
Uniknya, para peserta tampil dengan hiasan badan seperti topi bola plastik. Bahkan salah satu peserta yang telah berusia 95 tahun tampil necis dengan balutan busana adat jawa dengan memakai blangkong.
“Memang kita sengaja mengadakan acara ini agar generasi penerus kita ini tidak lupa pada permainan tradisional yang dulu menjadi trend ketika saya masih kecil,” ungkap Lurah setempat, Agung S kepada sorot.co.
Menurut Agung, saat ini anak telah banyak disibukan dengan permainan modern yang semakin menjauhkan anak dari nilai-nilai sosial. Terlebih dengan adanya gadget saat ini juga menjadi salah satu penyebab anak lebih asyik dengan dunia maya ketimbang harus bermain bersama seperti memainkan kelereng.
“Oleh karenanya kita mencoba mengedukasi anak bahwa permainan tradisional seperti ini itu mengasikan dan sarat akan nilai-nilai sosial,” katanya.
Permainan ini diikuti oleh 20 peserta terdiri dari 10 peserta anak-anak dan 10 peserta tua yang terbagi menjadi 5 tim yakni tim kuning, biru, putih, merah dan hitam. Masing-masing kelompok diisi oleh 4 orang peserta. Pertandingan dibagi kedalam 3 tahap, pertandingan pertama dan kedua sebagai ajang penyisihan yang diikuti masing-masing 10 peserta dari 5 kelompok. Dan selanjutnya pertandingan final dimana kelompok yang menang ditahap penyisihan berhak maju mewakili kelompoknya menuju final.
“Jadi pertandingan pertama 10 peserta dari 5 kelompok, masing-masing kelompok 2 orang, lalu kedua juga sama. Satu kelomopok yang menang dipenyisihan berhak maju ke final. Di final juga masing-masing kelompok yang maju dua orang,” jelas ketua RW setempat seligus mewakili panitia, Mujamil.
“Kelompok yang menang adalah yang salah satu pesertanya tidak gugur hingga usai pertandingan. Jadi kompetisinya adalah kerjasama tim dan saling mengalahkan lawan dengan membunuh, seperti permainan stin (kelereng) pada umumnya,” sambungnya.
Perpaduan peserta antara anak-anak dan orang tua dimaksudkan agar antara orang tua dan anak mampu terjalin kordinasi, kerjasama dan hubungan yang baik. Hal itu, lanjut Mujamil dapat diwujudkan dalam permainan adu kelereng yang dimainkan secara berkelompok.
“Yang penting edukasinya dan kebersamaanya, hadiahnya juga cuman kelereng untuk satu kelompok yang jadi juara,” lanjutnya.(Daniel)