Metro Times (PURWOREJO) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo terus berbenah untuk menghadapi gempa bumi dan tsunami megathrust yang berpotensi melanda daerah tersebut.
Sebagaimana diketahui Purworejo terutama di wilayah pesisir selatan menjadi salah satu daerah yang berpotensi menerima dampak tsunami jika gempa megathrust terjadi laut selatan.
Berbagai upaya mitigasi bencana telah dilakukan di pesisir selatan Purworejo meliputi wilayah Kecamatan Purwodadi, Ngombol serta Grabag. Mengingat wilayah tersebut masuk dalam zona merah tsunami.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Purworejo Dede Yeni Iswantini menyebut Desa Tangguh Bencana (Destana) telah terbentuk di seluruh desa wilayah pesisir Purworejo. Hal ini penting untuk membangun kemandirian warga menghadapi bencana.
“Hampir seluruh desa dari timur hingga barat Destana sudah terbentuk. Apakah aktif atau tidak tergantung desa dan warganya,” kata Yeni, Jumat (6/9).
BPBD pun telah memasang Early Warning System (EWS) tsunami di sejumlah titik pantai selatan. Berikutnya belum lama ini BPBD bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah melakanakan sekolah lapangan untuk bencana gempa dan tsunami di wilayah tersebut.
Dengan semua itu diharapkan respon masyarakat bagus serta lebih siap menghadapi bencana. Kemandirian warga memiliki andil besar untuk menekan jumlah korban jika bencana tersebut benar-benar datang.
Ia juga menyarankan agar warga menyiapkan tas untuk menyimpan dokumen dan barang berharga, bekal serta pakaian untuk tiga hari.
Yeni mengutarakan bahwa Purworejo telah memiliki Perda nomor 5 tahun 2015 tentang Sistem Penanggulangan Bencana. Selain itu, daerah ini pun telah memiliki dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) yang berisi peta zona bencana termasuk tsunami.
Purworejo juga sudah memiliki dokumen rencana kontijensi (Renkon). Untuk renkon BPBD akan melakukan update pada tahun 2025 mendatang.
“Renkon ini berupa alat yang mengatur peran setiap stakeholders, siapa melakukan apa semua sudah diatur. Semua stakeholders terlibat dan peran masing-masing apa sudah dijabarkan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jalur-jalur evakuasi untuk bencana tsunami di wilayah pesisir selatan pun sudah siap. Tahun ini pihaknya akan melakukan berbaikan sekaligus melengkapi.
Ditanya terkait ketangguhan infratruktur termasuk gedung dan bangunan pemerintah di tiga wilayah tersebut, Yeni enggan berbicara sebab hal itu bukan kewenangannya.
“Namun sesuai arahan BMKG agar di pesisir pantai selatan dibangun fasilitas umum berupa gedung bertingkat yang kokoh untuk menampung warga jika tsunami datang. Bangunan itu harus benar-benar kuat, tanpa dinding di lantai bawah agar air bisa lewat,” ujarnya.
Terkait megathrust, sebut Yeni, BPBD tidak bermaksud menakut-nakuti warga. Pihaknya hanya bermaksud agar warga teredukasi sehingga timbul kesadaran secara mandiri dalam menghadapi risiko terburuk jika bencana terjadi.(dnl)