
Metro Times (Purworejo)-Memperingati 38 tahun berdiri, Museum Tosan Aji kembali menggelar Pameran. Pada pameran temporer tersebut lma museum dari Yogyakarta dan Magelang turut dihadirkan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo, Wasit Diono mengatakan Pameran Temporer Museum Tosan Aji Purworejo ini sebagai media promosi sekaligus wahana edukasi dan rekreasi.
“Selain itu, kegiatan ini juga untuk memberdayakan seniman-seniman di Purworejo. Selanjutnya kehadiran museum tentunya untuk menyumbang pendapatan asli daerah,” kata Wasit.
Ia menyebut kegiatan pameran berlangsung selama 3 hari sejak 24 hingga 26 April. Lima museum jogja dan Magelang yang turut berpartisipasi dalam pameran ini masing-masing, Museum air Water For Life Jogja, Museum BPK RI Magelang, Museum Kebon Pasinaon Magelang, Museum Kapal Samudera Raksa Magelang serta Museum Sudirman Magelang
Kegiatan ini mengangkat tema Prasama Miyara yang mengandung makna bersama-sama memelihara. Selama pameran pihaknya akan menyuguhkan beberapa rangkaian kegiatan yakni work shop foto dan video rillis, work shop keroncong, pentas seni siswa pemenang ajang FLS2N, Lomba foto dan video rillis serta lomba keroncong.
Wakil Bupati, Dion Agasi Setiabudi saat membuka kegiatan tersebut mengutarakan tujuan utama museum yakni memelihara dan mengembangkan warisan atau peninggalan para pendahulu daerah ini.
“Bangsa kita butuh untuk memahami identitas tentang dari mana kita berasal. Maka yang menjadi otokritik buat kita, setiap melihat peninggalan, kita selalu memandang dengan logika mistik atau klenik. Padahal sebenarnya setiap peninggalan selalu ada kisah dan narasi sebagai akar sejarah yang harus dipahami,” ucap Dion.
Saat kunjungi museum, lanjut Dion, pengunjung harus bisa dapat informasi utuh. Bukan sekadar benda sebagai obyek dalam museum.
“Akar sejarah kita bahwa tanpa perjuangan pendahulu tidak bisa berada di titik sekarang. Kewajiban kita menjaga dan itu kewajiban bersama bukan saja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya lagi.
Sekaitan dengan hal itu, Purworejo dapat berkaca dengan masyarakat India dalam Epos Mahabarata. Pewayangan di seluruh wilayah Jawa selama ini selalu mengambil cerita dari kisa tersebut. Masyarakat India begitu konsisten menjaga kisah mahabarata. Disana jika ada masalah sosial selalu dikaitkan dengan mahabarata. Nilai-nilai dalam kisah itu selalu relevan dipakai.
“Maka anak-anak jangan sampai lupa budaya kita orang Indonesia di tengah hegemoni budaya asing yang sudah cukup mengakar,” sebut Dion menambahkan. (Tyb)