
Metro Times (Purworejo)-Batik ecoprint semakin banyak diminati di Purworejo, Jawa Tengah. Bahkan orang-orang tertarik untuk memproduksi sendiri karena sebagian besar bahan baku pembuatanya cukup memanfaatkan bahan alami yang ramah lingkungan.
Beberapa lembaga pendidikan, penggerak PKK dan Pemerintah Desa di Purworejo sudah melakukan praktik pembuatan batik tersebut. Mereka dibimbing dan didampingi langsung oleh Owner serta tenaga-tenaga ahli dari Batik Dewa Lowano.
Pada Rabu (6/2) para guru dan karyawan SMA Negeri 7 Purworejo melakukan praktik pembuatan batik tersebut. Sekitar 83 guru dan karyawan di sekolah ini terlibat dan belajar langsung dengan pembimbing dari Batik Dewa Lowano.
Owner Batik Dewa Lowano, Dyah Wahyu Ristyani, mengutarakan kegiatan itu merupakan tindak lanjut dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMAN 7 Purworejo. Dimana sebelumnya murid-murid di sekolah ini sudah terlebih dahulu melakukan praktik pembuatan batik ecoprint.
“Saat itu guru-guru tertarik untuk ikut latihan. Ini ecoprint wastra tempel duan dengan sistem kukus,” kata Dyah, Kamis (6/2).
Selain SMAN 7, Batik Dewa Lowano juga telah melakukan bimbingan di beberapa sekolah lainya termasuk Sekolah Dasar dan TK, PKK, serta pemerintah desa di Purworejo.
“Proses pembuatan cukup sederhana dan relatif cepat. Di SMA Negeri 7 hasil dari batik yang mereka buat rencananya mau dibuat seragam,” ujarnya seraya menambahkan batik ecoprint daun semua memanfaatkan bahan alami, dari pewarna hingga motif daun yang digunakan.
Dyah menyebut, nilai ekonomi batik ecoprint masih cukup tinggi. Di beberapa daerah harga jual kain batik ini berada dikisaran Rp 500 hingga 600 ribu perlembar. Sedangkan di Purworejo dikisaran Rp 200 ribuan.
Terpisah Kepala SMA Negeri 7 Purworejo, Niken Wahyuni mengatakan pihaknya ingin terus mendorong kemampuan peserta didik untuk meningkatkan kreatifitas. Selain mudah dalam pembuatannya, Batik ecoprint dipilih karena sekolah ingin mengangkat kearifan lokal dan manfaatkan potensi yang tersedia di lingkungan.
“Kami juga melihat bahwa ini sebuah peluang. Murid dan semua guru antusias, maka dari sini mudah-mudahan bisa menumbuhkan jiwa usaha bagi anak-anak atau guru,” katanya.
“Atau setidaknya, melalui kegiatan ini kita ingin SMA Negeri 7 punya batik dari hasil kreasi sendiri. Murid-murid sudah, kini giliran para guru dan karyawan,” imbuhnya.
Pada praktik Rabu lalu, pihaknya memanfaatkan dedaunan yang tersedia di sekitar sekolah. Semua guru dan karyawan mempraktikkan secara langsung pembuatan batik yang dibagi secara kelompok. Dari kegiatan itu mereka berhasil membuat kain batik yang nanti hendak dijadikan seragam.
Kendati pun proses pembuatan batik ini cukup mudah namun, Niken berharap, para guru terus belajar di rumah masing-masing untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Niken menambahkan, melalui kegiatan P5 ini murid-murid di sekolah tersebut masing-masing telah memiliki kain batik yang nanti akan jadi seragam mereka. Kain batik itu hasil kreatifitas mereka berkat bimbingan Batik Dewa Lowano.
“Untuk batik milik murid-murid sudah kita branding dan sudah dilaunching juga. Ada tiga motif dengan motif utama motif tanjung. Ada juga motif bineka tunggal ika. Desainnya bagus-bangus. Kelas 10 menggunakan warna dasar merah marun, kelas 11 navy atau biru tua sedangkan kelas 12 menggunakan warna dasar hitam,” pungkasnya.(dnl)