- iklan atas berita -

 

Metro Times (Probolinggo, G. Bromo) – Current account deficit (defisit neraca berjalan) adalah alat ukur terluas untuk perdagangan internasional Indonesia. Ini mencakup transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi (dari aset dan tenaga kerja), dan juga transfer uang.

Difi A. Johansyah, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, mengatakan, mengurangi current account deficit itu artinya kita meningkatkan ekspor dan atau mengurangi impor. Untuk Jawa Timur, kami lihat potensi komoditas yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan ekspor itu adalah kopi.

“Sehingga Bank Indonesia Jawa Timur untuk tahun ini kita akan fokus kepada pengembangan kopi, baik dari segi penanaman hulunya, sampai ke hilirnya itu adalah pengolahan pasca panen,” kata Difi kepada awak media disela-sela acara Pelatihan Wartawan Ekonomi di hotel Lava View Bromo, Probolinggo, Rabu (30/1).

Lanjut Difi, kami di Jawa Timur itu ingin sekali meningkatkan nilai tambah petani kopi, melalui peningkatan pengetahuan dan penerapan standardisasi kopi sehingga nantinya kopi kita itu akan lebih mudah diterima di pasar di luar negeri.

ads

Kenapa Bank Indonesia Jawa Timur pilih kopi ? Karena kopi tiap tahun makin besar dan di daerah yang paling ideal menanam kopi. Jangan sampai Indonesia impor kopi.

“Kendalanya memang beberapa perkebunan kopi itu masih warisan lama, ada yang perlu diperemajakan. Kita akan bantu mereka untuk peremajaan dan yang kedua pendampingan teknis khususnya pasca panen. Pasca panen akan menjadi tantangan tersendiri, karena pengolahan itu ditiap sentra kopi bisa berbeda-beda, karena memang ahli-ahli kopi mengatakan rasa kopi itu bisa berbeda-beda tergantung dari pada pengolah dari pada pasca panennya dan untuk yang premium memang harus bagus pengolahan pasca panennya,” papar Difi.

Kendala lainya di pengolahan pasca panen itu masih dilakukan secara tradisional, mengharapkan cuaca kering. “Kita harapkan peningkatan pengetahuan dari petani kopi, agar kopi kita memiliki standar premium nanti kedepannya,” ucapnya.

Hampir semua Jawa Timur memiliki potensi pemberdayaan kopi, kecuali pantai utara. Di Kediri ada di Sendang Tulungagung, Malang kita punya Dampit, Jember, Bondowoso ada Ijen, dan di Surabaya punya kopi dari Mojokerto Wonosalam, itu punya potensi semuanya untuk pengembangan kopi yang sifatnya premium.

Dan pengembangan kopi tergantung daerah juga karena Arabica itu adalah paling bagus di atas 1000 meter, di daerah gunung, dataran tinggi baru bisa namun dibawah itu ya harus Robusta.

“Harapan kami masyarakat tidak menjual kopinya dalam bentuk yang masih basah, yang nilai tambahnya mereka tidak menikmati. Kita akan bantu mereka meningkatkan nilai tambah, karena kopi yang masih kasar apabila dijual tentu harganya jauh lebih murah dibandingkan kopi yang sudah di olah, yang sudah premium. Yang sudah premium itu bisa jual dengan harga yang lebih tinggi, harapan kami petani kita itu memperoleh nilai tambah dari pada pengolahan. Sama dengan harapan kami terhadap petani padi, petani padi kita harapkan bisa mengolah di daerahnya sendiri sehingga mereka tidak menjual gabah, tapi menjual beras,” jelasnya.

“Untuk pariwisata program BI, yang pertama kita kerja sama dengan pemerintah untuk mendatangkan wisatawan dari nusantara maupun manca negara ke Jawa Timur. Caranya gimana ? Melalui promosi, kemudian melalui pengembangan infrastruktur yang ada dan yang ketiga adalah pengembang industri jasa. Industri jasa seperti kuliner, industri souvenir, termasuk budaya, dan juga pengembangan UMKM yang bisa menghasilkan produk-produk khas Jawa Timur yang di sukai oleh orang-orang yang datang ke Jawa Timur,” jelasnya.

“Target kami adalah Jawa Timur harus siap masyarakatnya, menghadapi terjadinya konektifitas se-Jawa ini.
Harapan kami orang yang datang ke Jawa Timur itu belanja, belanja entah kuliner atau UMKM, oleh-oleh yang bisa mendorong menggerakkan ekonomi masyarakat di Jawa Timur,” harapnya.

Pungkas Difi, kita yakin pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diatas lima persen karena ada konektifitas jalan dan sekarang juga sudah mulai munculnya kestabilan di perekonomian nilai tukar, sehingga ekspor kita juga akan lebih baik kedepannya. Sehingga dengan adanya kestabilan dan infrastruktur yang sudah kita miliki ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur kedepannya. Dan mungkin khususnya juga perdagangan antar pulau karena Jawa Timur itu daerah surplus, daerah produsen.(nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!