- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Gemerincing musik keroncong yang khas dengan nada selow nan syahdu seperti halnya lagu ‘Bengawan Solo’ karya sang maestro legendaris, Alm Gesang mungkin sudah biasa didengar oleh para pecinta musik klasik yang identik diiringi dengan biola dan selo ini.

Namun siapa sangka, di tangan para seniman Purworejo, keroncong dapat dikombinasikan dengan berbagai aliran musik. Mulai dari aliran musik jazz yang terkenal dengan senandung pelan sampai dengan dikolaborasikan dengan genre rock dengan beat yang cukup keras.

“Keroncong tidak melulu tentang lagu-lagu klasik yang hanya disukai oleh kalangan tua. Nyatanya, musik keroncong dapat dikombinasikan dengan genre musik-musik lain yang kekinian,” kata Mandatu Syauqi Huda, salah satu personil Congculy Purworejo.

Pria yang kerap disapa Gus Huda ini mengaku sudah cukup lama menekuni dunia musik keroncong. Tak hanya sebagai pendengar saja, Huda juga melakoni profesi sebagai musisi keroncong. Pria asal Kauman Purworejo ini juga memiliki komunitas keroncong sendiri.

Enam tahun lalu, Ia bersama lima orang temanya, Ponco, Supriyanto, Rohmadi, Eko Kodok, Gareng dan Joel Kakap membentuk komunitas yang dinamakan Congculy. Kelompok ini aktif berkesenian keroncong dan sering dimintai mengisi berbagai acara panggung.

ads

“Nama Congculy diambil dari singkatan ‘Keroncong Lucu Sekaley’. Nama nyeleneh itu diambil dari personilnya yang lucu-lucu. Kita ini kan dulunya pengamen jalanan yang sukanya lucu-lucuan. Sekarang personilnya tambah tiga orang, Jambul, Warto dan Lia, yang juga lucu,” katanya.

Sejak berdirinya sampai dengan sekarang, komunitas congculy ini tidak pernah diketahui memiliki manager untuk mencari panggung. Bahkan, alat-alat musik yang mereka mainkan tergolong sederhana yang berasal dari kepunyaan pribadi sesuai degan posisi yang dipegang.

Kendati begitu, semangat mereka untuk berkarya tidak diragukan. Selain aktif latihan yang dilaksanakan rutin setiap akhir pekan, congculy juga sudah melahirkan beberapa lagu ciptaan sendiri dan telah merekam satu album keroncong khas seniman purworejo.

Musik keroncong yang dimainkan oleh Congculy dapat dikatakan sudah tidak murni keroncong lagi. Mereka menyebut aliranya sebagai ‘keroncong alternatif’, dimana musik keroncong yang dikolaborasikan dengan berbagai aliran musik lainya, atau sesuai dengan kehendak.

“Bagi kami tidak ada sekat bagi seni, begitu juga dengan keroncong. Meskipun kita kombinasikan dengan genre musik lain, namun tidak menghilangkan corak keroncongnya,” kata Lia, vokalis grup keroncong yang bermarkas di Ngupasan, Pangenjurutengah ini.

Keberanian mengawinkan beberapa aliran musik dengan basic keroncong ini ternyata justru banyak disukai oleh masyarakat. Terbukti dengan seringnya pertunjukan panggung yang telah dilakoni oleh komunitas congculy ini, mulai dari dalam maupun luar kota.

“Untuk pentas kita lebih sering lokalan purworejo saja sih. Tapi di luar kota beberapa kali pernah, seperti di Banjarnegara, Wonosobo, Magelang dan Jogja. Kalau di Jogja kebetulan di stasiun televisi swasta kita pentas rutin disana,” kata pemain cuk di congculy, Rohmadi.

Rohamadi juga mengatakan, yang diharapkan oleh komunitas ini sekarang adalah membumikan kembali musik keroncong, terutama di kalangan millenial. Pasalnya keroncong sudah menjadi bagian dari identitas bangsa yang harus dijaga dan menjadi kebanggaan bersama. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!