Metro Times Kendal – Menekuni bisnis dari hasil laut bukan hal asing bagi warga pesisir di Kabupaten Kendal. Bahkan, bisnis tersebut telah ditekuni puluhan tahun dan turun temurun warga di pesisir utara pulau Jawa tersebut.
Di Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari Kendal, hasil tangkapan laut menjadi salah satu komoditas yang dijadikan sebagai bisnis untuk mendapatkan nilai tambah bagi perekonomian keluarga.
Hasil tangkapan laut, seperti ikan layang, ikan tongkol dan berbagai ikan lainnya diproduksi menjadi sebuah ikan pindang.
Dengan cara membumbui ikan mentah dan memasaknya hingga kering, proses produksi ikan pindang dilakukan agar ikan mampu bertahan lebih lama.
Jamzuri, salah seorang warga RT 2 RW 3 Desa Tambaksari yang hingga kini masih tekun menjalani bisnis ikan pindang membenarkan jika warga di sekitar tempat tinggalnya hingga kini masih menekuni usaha ikan pindang.
“Di sini banyak warga yang memproduksi ikan pindang sama seperti saya,” kata Jamzuri, kamis (31/12/2020).
Ia mengaku meski saat ini masih dalam kondisi pandemi covid-19, namun usaha yang digeluti oleh ratusan keluarga sejak puluhan tahun di desa itu tetap mampu bertahan dan penopang perekonomian.
“Saya bisa memproduksi ikan pindang, awalnya diajari orang tua sendiri. Di keluarga kami, bahkan di kampung sini, usaha ikan pindang sudah turun menurun sejak lama,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, bahan baku ikan mentah untuk diproduksi didapatkan dari para pengepul. Pengepul mendatangkan ikan mentah langsung dari Pekalongan, Brebes dan bahkan ada yang mendatangkan dari Juwana.
Tak hanya memproduksi ikan pindang, ia pun mengaku memasarkan sendiri produknya dengan cara berkeliling ke pasar. Hal serupa juga dilakukan oleh perajin lain di kampung tersebut.
“Dalam memproduksi setiap hari, kami memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya ibu-ibu, untuk bekerja di tempat kami,” ujarnya.
Sementara itu sang istri, Siti Isrowiyah menambahkan, setiap hari, dirinya mengaku bisa memproduksi pindang dari sedikitnya 60 – 70 kilogram pindang dalam sehari.
“Pemrosesan ikan pindang kami mulai pukul 10.00 sampai 15.00 WIB. Ikan yang sudah di proses penggaraman, kemudian kami kukus sekitar setengah jam. Hal ini bisa membuat ikan bisa bertahan hingga dua hari,” kata Isrowiyah.
Menurutnya, ikan hasil pemindangan tidak boleh diletakkan di dalam ruangan yang lembab atau basah, karena hal ini dapat meningkatkan aktivitas bakteri ataupun mikroorganisme lain dan dengan demikian menurunkan kualitas ikan pindang.
Terkait harga, ikan pindang buatannya dibandrol dengan harga bervariasi. Karena saat ini banyak hasil dari ikan layang, Isrowiyah mengaku menjual dengan harga Rp 2.000 – Rp 4.000 per ekor, tergantung besar kecilnya ikan layang.
“Setelah jadi, ikan pindang kami pasarkan di seputaran Pasar Srogo, Kecamatan Brangsong dan Pasar di wilayah Kecamatan Sukorejo,” pungkasnya. (Gus)