- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Upaya melakukan pencegahan dini terhadap penyebaran paham radikal dan terorisme terus dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT). Kali ini, BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah menghadirkan tiga pilar masyarakat, yakni: Aparatur Kelurahan,  Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta pegiat media sosial (Medsos) menggelar kegiatan Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa tentang Literasi Informasi di Hotel Aston Inn Jalan Pandanaran, Kota Semarang, Sabtu (4/5).

Deputi Kepala Seksi Pencegahan, Perlindungan Masyarakat dan Deradikalisasi BNPT Setyo Pranowo menuturkan, kegiatan ini digelar untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada aparatur Kecamatan (Kelurahan), Babinsa dan Bhabinkamtibmas agar mampu melakukan deteksi dini terhadap mereka yang terpapar radikalisme dan radikalisme. “Jadi, apa yang mereka lihat, ketahui, rasakan jika terjadi kejanggalan atau indikasi masuknya paham radikal, mereka tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Setyo disela acara berlangsung.

Setyo melanjutkan, dalam kegiatan ini, untuk menunjang dalam komunikasi di masyarakat mereka dibekali public speacking. “Sebagai aparat jangan tidak percaya diri, harus berani menyampaikan, bagaimana berbicara dan bagaiamana berkomunikasi terhadap mereka yang terpapar radikalisme. Kita ajarkan juga cara pembinaannya,” ucapnya.

Masih menurut Setyo, upaya yang cukup efektif dalam pencegahan radikalisme dan terorisme adalah lewat budaya. “Kearifan lokal dan ketahanan keluarga merupakan kunci tangkal masuknya paham radikalisme dan terorisme,” urainya.

ads

Ia menegaskan, untuk menekan penyebaran paham radikal, peran aktif masyarakat juga sangat diperlukan.  “Tidak cukup hanya TNI, Polri dan aparatur pemerintah yang ada, tetapi juga harus melibatkan masyarakat,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris FKPT Jateng Syamsul Huda mengungkapkan, pola radikalisme banyak bertebaran di media sosial. Sehingga orang-orang yang terpapar radikalisme sudah berbeda pola perekrutan. “Kaderisasi radikal saat ini berbentuk sel, tersebar bebas melalui dunia maya. Tidak seperti sebelumnya yang memiliki jejaring secara jelas,” ungkapnya.

Dalam bermedia sosial, katanya, narasi-narasi berbahaya berkonten doktrin radikalisme. Informasi mengalir deras, untuk itu. “Saring sebelum sharing,” pesan Syamsul. (af)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!