- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Sejumlah dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tjokronegoro, Purworejo melakukan aksi mogok kerja. Hal itu dilakukan menyusul persoalan jasa penanganan medis bagi para dokter yang dinilai terlampau sedikit, layaknya es teh.

“Sesuai slip yang kami peroleh, jasa penanganan medis yang diterima dokter begitu rendah. Untuk pasien rawat jalan misalnya, jasa medis yang kami berikan, oleh rumah sakit hanya dihargai Rp 3 ribu hingga Rp 8 ribu,” kata Dr Aziz, dokter ahli bedah RSUD Tjokronegoro, saat dikonfirmasi metrotimes Senin (17/3/25) pagi.

Sedangkan untuk pasien rawat ini yang rata-rata merupakan peserta BPJS kesehatan, para dokter pun memperoleh uang jasa yang memprihatinkan untuk sebuah pekerjaan berat, penuh risiko yang mempertaruhkan nama baik.

“Misalnya untuk operasi usus buntu, yang sudah pecah, kemudian sudah parah, komplikasi, penuh risiko. Operasinya berlangsung kurang lebih tiga jam. Kami para dokter dikasih berapa coba,? dihargai Rp100 ribu. Apakah itu layak,” katanya.

“Operasi caesar, kami cuma dapet 200 ribu, 300 ribu. Apa ini layak. Padahal klaim BPJS Kesehatan tidak sekecil itu,” ujarnya seraya menambahkan justru untuk operasi tumor ringan jasa medis yang diterima para dokter cukup lumayan.

ads

Aziz mengemukakan bahwa, di RSUD Tjokronegoro saat ini ada sekitar 22 dokter spesialis. Namun sejuah ini baru dua dokter yang mengambil sikap untuk mogok kerja. Dua dokter itu yakni dirinya serta satu dokter lainya.

Menurutnya sistem seperti ini mencerminkan pihak manajemen RSUD Tjokronegoro tidak menghargai jasa para dokter di rumah sakit itu.

“Kami takut sistem seperti ini akan memacu para dokter untuk berlomba-lomba memperbanyak penanganan pasien tapi mengesampingkan etos kerja yang baik. Disisi lain, takutnya dokter akan pilih-pilih dalam menangani pasien,” ucap Aziz lagi.

Ia menyarankan manajemen segera mengupah sistem pembagian jasa bagi para dokter itu. Jika tidak, dikhawatirkan akan berdampak terhadap mutu layanan terhadap pasien.

“Jelas pasien akan mengalami dampak, kalau terus-terusan seperti ini. Kami dokter juga punya sisi manusiawi, ketika apa yang semestinya kami terima tidak sesuai, kami pasti akan bicara,” ujarnya.

Saat ini baru dua dokter yang melakukan aksi mogok. Bukan tidak mungkin, aksi mogok dari dokter-dokter yang lain bisa terjadi jika rumah sakit tidak segera mengubah sistem pembagian jasa tersebut.

Ia mengemukakan bahwa persoalan ini sudah diketahui pemerintah daerah. Siang ini ia akan hadir ke kantor sekretariat daerah untuk memenuhi panggilan wakil bupati. Pertemuan itu akan membahas persoalan yang kini terjadi di RSUD Tjokronegoro.(dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!