- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo)-Kasus Demam berdarah di Kabupaten Purworejo cukup tinggi sejak beberapa bulan terakhir 2024 hingga Februari 2025. Beberapa orang meninggal usai terjangkit parasit yang disebarkan nyamuk aedes aegypti tersebut.

Pemerintah daerah, rumah sakit, Puskesmas hingga pemerintah desa di daerah pun tak tinggal diam. Semua berjibaku melakukan pencegahan dan pemberantasan jentik untuk memutus mata rantai penularan.

Wakil Direktur Umum dan Keuangan RS Tjitrowardojo, Januarianto didampingi Ketua Tim Kerja Pelayanan Medis dan Keperawatan, RSUD Tjitrowardojo, Sunarno, Jumat (14/2) mengutarakan selama Januari 2025 jumlah pasien demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD) di rumah sakit tersebut tercatat sebanyak 162 orang. Pada Februari berkurang menjadi 32 orang.

“Ada dua yang meninggal dunia ada dua, yakni warga pasien anak usia 10 tahun dan pasien dewasa berusia 59 tahun. Ini warga Patutrejo dan Purwosari,” kata Sunarno.

Untuk memberikan pelayanan secara optimal pihaknya telah menyiapkan dokter-dokter spesialis. Khusus untuk anak RS Tjitrowardojo menyiapkan tiga dokter spesialis.

ads

Tak hanya penanganan pasien, untuk mencegah penularan pihak rumah sakit pun telah menggalakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, khusus untuk lingkungan rumah sakit. Gerakan ini akan dilakukan secara rutin selama lima pekan kedepan.

“Tadi pagi sudah kami mulai, yakni membersihkan tempat-tempat yang kemungkinan menjadi sarang nyamuk. Ini menjadi kegiatan rutin setiap hari jumat,” kata Januarianto.

Januar mengajak masyarakat turut andil dalam gerakan PSN. Peran warga begitu penting untuk memutus rantai penularan.

Berdasarkan data pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut, sebaran kasus demam berdarah cukup merata di hampir seluruh wilayah kecamatan Purworejo. Bahkan ada pula pasien dari luar yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.

Pesan Rumah Sakit

Sunarno pada kesempatan itu menjelaskan bahwa kasus DB menyebar akibat ketidakseimbangan antara lingkungan, daya tahan tubuh masyarakat serta mikro organisme terutama parasit penyebab DB.

“Kalau lingkungan kurang bagus maka perkembangan nyamuk aedes aegipti bisa tak terkendali. Bila mikro organisme yakni parasit penyebab DB ini terus berkembang lalu didukung daya tahan tubuh masyarakat buruk maka risiko penularan dan terjangkit penyakit ini akan meningkat,” katanya.

Untuk itu, lanjut Sunarno, selain meningkatkan imunitas tubuh dengan makanan minum gizi seimbang, tidur cukup olahraga serta mengelola psikologi diharapkan warga turut bergotong royong menjaga lingkungan agar aman dari pertumbuhan nyamuk aedes aegypti.

“Mikro organisme itu selalu ada dan dia tidak akan menimbulkan bahaya jika nyamuk yang menjadi perantara penularannya tidak ada. Maka kebersihan lingkungan dari perkembangan nyamuk tersebut merupakan hal yang sangat urgent dilakukan,” pungkasnya.(tyb)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!