
Bukan hanya hiburan, LCS Shining memastikan setiap lansia pulang dengan bingkisan yang penuh cinta. Beras, minyak goreng, gula, kecap, mi instan, dan biskuit dimasukkan dalam satu paket. Ini mungkin terlihat sederhana bagi sebagian orang, tetapi bagi penerima manfaat, ini adalah bentuk perhatian yang tak ternilai. “Semoga bingkisan ini membawa kebahagiaan,” ungkap Tan Hedy Laurent, Presiden LCS Shining, dengan penuh harapan.
Bagi saya, momen paling mengesankan adalah saat doa bersama dipimpin oleh Giene Ongkiana. Dalam keheningan itu, suasana berubah menjadi sangat khusyuk. Anda bisa merasakan kehangatan dan solidaritas memenuhi ruangan, mengingatkan kita bahwa merayakan Imlek bukan hanya tentang pesta, tetapi juga tentang berbagi keberkahan.
Erlin Darmayanti, perwakilan dari Grand City Mall Surabaya, menyebut acara ini sebagai momen yang menginspirasi. “Kami bangga menjadi bagian dari kegiatan ini,” katanya. Saya pun sependapat. Di dunia yang sering kali sibuk dengan rutinitas, melihat begitu banyak orang meluangkan waktu dan tenaga untuk berbagi adalah pengingat indah bahwa kemanusiaan masih ada.

Bagi Lions Club Surabaya Shining, ini bukan sekadar acara tahunan. Ini adalah panggilan jiwa, sebuah cara untuk memberikan kembali kepada komunitas. Dengan 247 anggota aktif, mereka telah berulang kali membuktikan bahwa cinta bisa diwujudkan dalam tindakan nyata. Ketua Donor Darah Lions Clubs, Puspitadewi Prijadi, mengatakan, “Semua member kami memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ini adalah bagian dari siapa kami.”
Meninggalkan acara itu, saya merasa terinspirasi. Dalam dunia yang penuh tantangan, masih ada orang-orang yang berdedikasi untuk membuat hidup lebih baik bagi mereka yang kurang beruntung. LCS Shining mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bukan soal apa yang kita miliki, tetapi apa yang kita bagi. Terima kasih, Lions Club Surabaya Shining, untuk pelajaran berharga ini.
(nald)