- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Guna mempererat hubungan antara wakil rakyat dan masyarakat serta mendorong pelestarian seni budaya sebagai identitas bangsa, Dr. H. Rasiyo, M.Si., Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Komisi E dari Fraksi Partai Demokrat, menggelar Sarasehan Seni Budaya bertajuk “Merangkai Tradisi, Menyulam Inovasi: Seni Budaya Sebagai Identitas Bangsa” di ARTOTEL TS Suites Surabaya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat mulai dari budayawan, seniman, pelaku pendidikan, tokoh masyarakat, hingga perwakilan komunitas budaya dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Dalam suasana yang hangat dan dialogis, sarasehan ini menjadi ajang refleksi dan komunikasi terbuka mengenai posisi seni budaya dan tantangan sosial yang dihadapi masyarakat saat ini.

Komunikasi Konstituen sebagai Tanggung Jawab Legislator

ads

Dalam sambutannya, Dr. Rasiyo menegaskan bahwa sarasehan ini merupakan bagian dari beban tugas sebagai anggota dewan untuk menjalin komunikasi dengan konstituen dan komunitas. “Alhamdulillah, kegiatan seperti ini sudah kami lakukan berkali-kali. Tujuannya jelas, sebagai anggota dewan kita tidak boleh lupa pada pemilih,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa melalui forum seperti ini, masyarakat dapat memahami kebijakan-kebijakan pemerintah, baik di bidang budaya, pariwisata, pendidikan, hingga sosial. Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana efektif untuk menampung permasalahan yang berkembang di tengah masyarakat.

Reses dan Aspirasi Masyarakat di Tingkat RT/RW

Dr. Rasiyo juga menyinggung kegiatan reses yang secara rutin ia lakukan, di mana ia mendatangi langsung wilayah-wilayah konstituennya di tingkat RT dan RW. Hal ini menurutnya penting untuk mengetahui kondisi riil lapangan dan menyerap masukan dari warga secara langsung. “Permasalahan RW 1 pasti berbeda dengan RW 2. Kecamatan satu juga pasti beda dengan yang lain,” ungkapnya.

Tantangan Zonasi / Domisili dan Kualitas Pendidikan

Selain isu budaya, Dr. Rasiyo juga menyoroti permasalahan sistem zonasi dalam pendidikan yang masih menjadi polemik di kalangan masyarakat. Menurutnya, akar masalah terletak pada ketidakseimbangan antara jumlah lulusan dan daya tampung sekolah. “Bukan soal sistem seleksi atau zonasi. Kalau daya tampungnya kecil, pasti akan ada yang tidak tertampung,” jelasnya.

Ia menyarankan agar pemerintah melakukan pemetaan pendidikan yang akurat, mulai dari jumlah lulusan SMP negeri dan swasta di tiap kabupaten/kota, hingga jumlah SMA dan SMK yang tersedia. “Kalau ini tidak disiapkan dengan data valid, ya masalahnya akan terus berulang,” tegasnya.

Lebih jauh, ia mengajak orang tua untuk tidak memaksakan anak masuk sekolah negeri. “Sekolah itu sama saja, negeri atau swasta. Saya sendiri dulu sekolah di swasta, tapi bisa menjadi kepala dinas, bisa jadi sekda,” ungkapnya. Ia juga mengapresiasi kebijakan Gubernur Jawa Timur yang memberikan subsidi Rp1 juta bagi siswa yang tidak tertampung di sekolah negeri agar bisa melanjutkan di sekolah swasta.

Peran Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan Remaja

Dr. Rasiyo juga memberikan perhatian serius terhadap isu kenakalan remaja. Ia menekankan bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya berada di sekolah, tetapi juga sangat tergantung pada pengawasan orang tua. “Kalau orang tuanya lengah, ya anaknya bisa terpengaruh lingkungan. Maka pendidikan karakter dimulai dari rumah,” tegasnya.

Pentingnya Standarisasi dan Ujian Nasional

Menanggapi pertanyaan peserta terkait ujian nasional, ia menjelaskan bahwa ujian nasional penting sebagai alat ukur kemampuan siswa. Ia membandingkan pentingnya standar dalam pendidikan dengan standar seleksi masuk instansi seperti AKBRI. “Sama seperti masuk TNI, ada standar tinggi badan, kesehatan, dan lainnya. Pendidikan juga harus punya standar, agar kualitas bisa terukur,” jelasnya.

Sarasehan yang berlangsung selama beberapa jam ini ditutup dengan harapan agar kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan secara berkala, menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat serta pengingat pentingnya budaya dan pendidikan dalam membangun masa depan bangsa.

“Budaya adalah identitas kita, pendidikan adalah fondasi kita. Keduanya harus terus kita jaga dan perkuat,” pungkas Dr. Rasiyo.

(nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!