
Metro Times (Purworejo) Dedi Arifianto (24) merupakan pria asal Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo yang terlahir dengan memiliki keterbatasan dalam melakukan komunikasi secara verbal. Namun, hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap produktif dan terus melanjutkan hidup dengan penuh optimis.
Dedi mengatakan salah satu hal yang patut ia syukuri dalam hidupnya adalah terdaftar menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bukan tanpa alasan ia menyatakan hal tersebut. Beberapa kali, program yang telah berjalan lebih dari satu dekade ini telah menjadi penyelamat saat ia mengalami sakit beberapa waktu yang lalu.
“Tentunya semua orang pasti ingin sehat, tapi kalau sudah sakit, tentu terus berusaha untuk sembuh. Terkadang yang membuat orang sakit makin berat itu bukan hanya penyakitnya, tapi juga rasa cemas soal biaya. Berbekal JKN, saya merasa beban itu jadi jauh lebih ringan,” ujar Dedi melalui penerjemah bahasa isyaratnya, Selasa (17/12).
Dedi mengaku berobat dengan memanfaatkan JKN sangat mudah. Saat ia membutuhkan pelayanan kesehatan, ia cukup berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat ia terdaftar. Apabila dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia harus menjalani pemeriksaan lanjutan, maka dokter di FKTP tersebut akan merujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
“Alur pelayanannya sangat mudah bagi orang awam seperti saya. Beberapa kali berobat menggunakan JKN, selain pelayanannya bagus, saya juga merasa sangat bersyukur karena tidak ada biaya yang dibebankan kepada saya,” ungkapnya
Dedi menambahkan bahwa bukan hanya kemudahan administrasi saja yang ia rasakan saat memanfaatkan JKN. Namun, kualitas pelayanan kesehatan juga sangat baik. Hal itu dibuktikan saat ia berobat di fasilitas kesehatan, dokter dan petugas melayaninya dengan ramah dan profesional. Selain itu, fasilitas kesehatan juga memastikan ketersediaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh peserta JKN.
“Setiap kali saya datang, pelayanannya tidak pernah mengecewakan. Semua teratur dan yang paling penting, saya selalu merasa diutamakan sebagai pasien. Selama ini tidak ada kendala berarti saat berobat. Mungkin cuma masalah komunikasi saja karena saya tidak bisa menyampaikan keluhan langsung ke dokter. Namun hal itu bisa diatasi, keluhan saya sampaikan melalui tulisan,” ucap Dedi.
Pria yang sehari-hari beroprofesi sebagai petani ini terdaftar sebagai peserta Program JKN pada segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) sejak tiga tahun lalu. Meskipun ia harus membayar iuran setiap bulan, ia mengaku merasa tidak keberatan. Ia meyakini manfaat yang ia dapatkan jauh lebih besar dibandingkan dengan iuran yang ia bayarkan. Menurutnya, selama ini masih ada beberapa pandangan masyarakat yang perlu diluruskan, salah satunya pola pikir masyarakat yang membayar iuran JKN pada saat sakit saja.
“Mungkin iuran yang saya bayarkan selama ini, tidak akan cukup untuk menutupi biaya berobat selama ini. Selama ini biaya berobat saya dibantu oleh peserta JKN lain yang sehat. Terima kasih kepada semua peserta JKN yang rutin bayar iuran,” ucapnya.
Mengingat pentingnya Program JKN ini, ia sering mengajak saudara, tetangga maupun kenalannya untuk memastikan kepesertaan JKN mereka selalu aktif. Sebagai anggota Komunitas Ikatan Disabilitas Purworejo (IDP), menurut Dedi, hampir sebagian besar anggota komunitas tersebut telah terdaftar JKN dan rutin memanfaatkan Program JKN untuk berobat.
“Teman-teman di komunitas hampir sebagian besar memiliki risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, jantung, dan penyakit lainnya. Oleh karena itu, terdaftar menjadi peserta JKN menjadi hal yang wajib bagi anggota komunitas,” ujarnya.(dnl)