Metro Times (Purworejo) Ada acara khusus yang digelar oleh warga Perumahan Argopeni Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo setiap 1 Muharram. Mereka memfasilitasi khitanan massal gratis bagi anak-anak kurang mampu dari berbagai wilayah. Aksi sosial itu sekaligus menepis anggapan sebagian masyarakat yang meyakini bahwa 1 Muharram atau dalam penanggalan Jawa disebut 1 Suro merupakan hari yang mistis dan menakutkan.
Sejak pagi hingga siang hari, suasana ceria, tawa, atau sedikit tangisan anak-anak yang dikhitan beriringan dengan suara musik rebana yang mengalun di depan masjid Al Jihad Perum Argopeni, Selasa (11/9). Sejumlah anak yang rata-rata berusia SD itu menjalani khitan di rumah-rumah warga yang ditata layaknya ruang medis.
Raut bahagia anak dan orang tua pendampingnya tampak karena selain dikhitan, mereka juga menerima 1 stel pakaian muslim, uang saku, serta uang kontrol.
Suasana seperti itu bukan hanya kali ini terjadi. Warga yang dikomandoi Takmir Masjid Al Jihad rutin mengadakan sunatan massal sejak 7 tahun silam.
Untuk pendanaannya, warga bergotong-royong dan didukung penuh oleh seorang kontraktor yang berdomisili di Perum setempat, Drs H Sugito. Sementara petugas medis didatangkan dari tim RS PKU Muhammadiyah Kutoarjo dan pPuskesma terdekat.
Dari tahun ke tahun, antusias masyarakat terus meningkat. Peserta khitan tidak hanya dari wilayah sekitar Argopeni, melainkan juga berbagai wilayah se-Kabupaten Purworejo. Bahkan, pada tahun 1440 Hijriyah ini ada sejumlah peserta yang berasal dari Magelang.
“Tahun lalu sekitar 137 anak. Tahun ini kita targetkan 150 peserta, yang mendaftar ada 153 anak,” kata H Pudjiono, Ketua Panitia Kegiatan yang juga menjabat Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purworejo.
Menurut Pudjiono, 1 Muharram dipilih menjadi hari pelaksanaan khitanan massal untuk mengubah persepsi sebagian masyarakat bahwa 1 Muharram atau 1 Suro merupakan hari menakutkan dan harus dihindari untuk melakukan aktivitas. Padahal di dalam Islam, Muharram merupakan bulan penuh berkah dan pertolongan Allah SWT.
“Muharram ini bulan yang baik, bukan mistis. Seperti kita tahu bahwa dulu banyak nabi yang mendapatkan pertolongan dari Allah pada bulan ini. Umat Islam harus bangga dengan Muharram,” ungkapnya.
Adanya khitanan pun massal dinilai mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pemahaman tersebut. Hal itu dibuktikan dengan tingginya antusias masyarakat mengikuti khitanan massal.
“Dampak positif dari kegiatan ini sangat kelihatan, bahkan sudah meluas hingga ke tingkat kKabupate dan luar daerah,” kata Lurah Kutoarjo, Ahmadi Sunawar SSos.
Selain khitanan massal, pada malam hari sebelumnya warga Argopeni juga menggelar pengajian akbar dengan pembicara KH Muhammad Mabrur dari Kebumen. Sesuai tema yang diangkat, penyelenggara berharap bahwa momentum tahun baru Islam dapat mendorong masyarakat menyucikan hati dan menguatkan tekad untuk menggapai hari yang lebih baik dengan penuh Ridha Illahi.
“Sekitar tahun 1970-an, saya ikut sunatan massal dan keluarga merasa sangat terbantu. Karena itu sekarang saya merasa terketuk untuk mengadakan sunatan massal,” ucap H Sugito.
Salah satu orang tua peserta khitan, Muh Lukman, dari Desa Megulung Kidul, Kecamatan Pituruh mengaku terbantu dapat melakukan khitan gratis bagi anaknya, Dwi Yoga Wardana.
“Karena ramai-ramai, anak juga kelihatan senang, tidak takut dikhitan,” kata Lukman. (Daniel)