- iklan atas berita -

 

MetroTimes (Surabaya) – Merebaknya kembali kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian baru JN.1 menuntut kewaspadaan publik. Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat FIKKIA UNAIR Banyuwangi, Ayik Mirayanti Mandagi, S.KM., M.Kes., menekankan bahwa pendekatan terbaik sekarang adalah waspada, adaptif, dan berbasis data, bukan kepanikan.

Menurutnya, kemunculan varian baru merupakan hasil dari proses evolusi alami virus. Tingkat penularan yang tinggi dan penerapan protokol kesehatan yang longgar memberikan kesempatan lebih besar bagi virus untuk bermutasi. Varian JN.1, sebutnya, terbukti tujuh kali lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.

Ayik Mirayanti Mandagi, S.KM., M.Kes.

Lebih Ringan Bukan Berarti Tidak Berbahaya.
Meskipun ada pernyataan dari pihak berwenang bahwa varian baru ini cenderung menyebabkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian Delta, Ayik mengingatkan agar masyarakat tidak lengah.

“Istilah lebih ringan tidak berarti tidak berbahaya. Infeksi massal akibat varian yang sangat menular tetap berisiko tinggi bagi kelompok rentan, seperti lansia, orang dengan komorbid (penyakit penyerta), dan mereka yang status vaksinasinya belum lengkap.” Pesannya saat ditemui Selasa (10/06/2025) di Kampus Sobo

ads

Ia menambahkan bahwa mutasi pada virus, seperti pada varian JN.1, memungkinkannya untuk lebih efektif menghindari imunitas yang sudah terbentuk dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

Peran Kunci Biosurveilans dan Kewaspadaan Dini.
Menurut Ayik, kunci untuk menghadapi lonjakan kasus saat ini dan di masa depan adalah penguatan sistem surveilans.

“Biosurveilans harus menjadi alat utama untuk mendeteksi, merespons, dan mencegah lonjakan yang lebih parah,” katanya.

Sistem ini berfungsi untuk memantau penyebaran penyakit secara geografis dan demografis, sehingga dapat memberikan peringatan dini kepada otoritas kesehatan masyarakat.

“Rumah sakit dan puskesmas harus menerapkan surveilans yang berfungsi baik, seperti Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Ini memungkinkan peningkatan kapasitas layanan kesehatan sebelum terlambat. Jangan sampai kita baru bingung setelah kasus masuk di Banyuwangi,” tambahnya.

Langkah Konkret Pencegahan
Peneliti bidang Epidemiologi dan Surveilans itu menyebut, beberapa langkah praktis harus kembali digalakkan masyarakat dan pemerintah untuk pencegahan. Penerapan protocol kesehatan dengan disiplin memakai masker dikeramaian, menjaga jarak aman, dan rajin cuci tangan pakai sabun.

Memastikan diri dan keluarga telah menerima vaksinasi COVID-19 lengkap, termasuk vaksin booster. Menerapkan gaya hidup sehat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Menjaga asupan nutrisi seimbang (kaya vitamin C, D, dan zinc), istirahat cukup, dan tetap aktif secara fisik. Memberikan perhatian ekstra pada lansia dan penderita komorbid. Jika mengalami gejala, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan.

(nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!