- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Dukungan penolakan atas kebijakan renovasi Monumen Perjuangan Tentara Pelajar (TP) Kabupaten Purworejo terus mengalir. Setelah Dewan Kesenian Purworejo (DKP), kali ini giliran Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Pembudayaan Kejuangan ’45 Kabupaten Purworejo menyuarakan pendapatnya dan menyayangkan renovasi monumen perjuangan.

Pengurus DHC ’45 secara resmi telah membuat surat dukungan terhadap aspirasi Komunitas Masyarakat Peduli Purworejo (KMPP) yang ditujukan kepada Bupati Purworejo dan Ketua DPRD Purworejo. Dalam surat yang ditandatangani Ketua DHC ’45 HR Istiharto dan Sekretaris Soekoso DM per tanggal 15 Januari 2021, organisasi ini lebih fokus menyoroti penggantian sepasang patung Garuda Pancasila dengan patung pelajar pada puncak pilar utama.

“Sebagai organisasi yang lahir berdasar Kepres No. 30 Tahun 1964 dan berfungsi sebagai kekuatan pendorong moral force dalam pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan ’45, maka kami mendukung sepenuhnya usulan dari KMPP tersebut utamanya atas pertimbangan sebagai berikut,” demikian bunyi kutipan surat tersebut.

Ada 3 poin pertimbangan DHC ’45 yang dimaksud. Menurut Soekoso DM, penggantian tidak tepat apalagi dengan menempatkan patung pelajar di puncak pilar, sedangkan lambang Garuda Pancasila diposisikan lebih kecil dan rendah, serta hanya sebagai latar belakang bersama tiga patung pejuang TP lainnya.

Pihak DHC ’45 mengaitkan pemindahan patung itu dengan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara.

ads

“Meski tidak dalam kerangka resmi kenegaraan, namun tetap dipandang janggal dan ironis mengingat lambang Garuda juga terletak dalam satu kesatuan monumen, yang dibangun di jalan protokol strategis di pusat kota,” terang Soekoso, Senin (18/1).

Secara historis, lanjutnya, pembangunan monumen oleh Bupati H Soepantho pada dekade 1980-an dimaksudkan sebagai pengingat generasi penerus bahwa Purworejo pernah menjadi kancah peperangan pada masa 1945 – 1949. Sebagai pengingat, dibuat patung Garuda Pancasila, Ahmad Yani berpakaian Heiho, pejuang gerilya dan patung Tentara Pelajar.

“Adapun lambang negara Garuda Pancasila adalah atribut pemersatu bangsa, dan harus diletakkan pada bidang yang tepat. Maka ketika puncak monumen dipasang patung anak sekolah, bangunan itu kehilangan maknanya sebagai Monumen Pejuangan,” tegasnya.

Dalam surat itu, DHC ’45 juga menyoroti desain monumen yang diberi warna meriah yang dinilai kurang tepat.

“Kami usulkan agar dicat warna batu atau gelap, agar tampak lebih anggun dan berwibawa, coba bandingkan dengan Tugu Muda Semarang,” tandasnya. (DNL)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!