- iklan atas berita -

Metro Times (Demak) Pendiri Pondok Pesantren Futuhiyyah Suburan Barat Mranggen Demak KH Abdurrohman bin Qashidil Haq memang dikenal memiliki putera yang mencetak kader kiai, seperti almaghfurlah KH. Muslich, dan KH. Ahmad Muthohhar, pengasuh PP Futuhiyyah Ndalem atau yang sekarang bernama PP Darul Ma’wa.

Keistiqamahan dan keistimewaannya telah masyhur di kalangan kiai pesantren, terlebih banyak kiai yang mulanya belajar di Mranggen. Hal ini menjadikan sebuah alasan yang menjadikan para santri bangga berguru padanya.

“Ketika berkunjung di berbagai daerah, bahkan pelosok desa sekalipun, banyak saya temui kiai yang pernah nyantri di Mranggen,” Ungkap Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidillah Shodaqoh saat memberikan tausyiah Doa untuk Masyayikh dan Reuni Ikatan Santri Futuhiyyah Ndalem (ISTIFADA) Suburan Barat Mranggen Demak, Sabtu (22/6/2019).

Karenanya Kiai Ubed mengingatkan agar para santri berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan membuat kiai bangga. “Menjadi santri yang dibanggakan oleh kiainya, jangan hanya sebatas menjadi santri yang membangga-banggakan kiainya,” tuturnya dalam Bahasa Jawa.

Menurutnya, paradigma bangga terhadap kiai harus dibalik oleh para santri, terutama para santri yang pernah diajar oleh KH Abdul Hadi, terlebih lagi pernah mendapatkan berkah belajar langsung dari KH Ahmad Muthohhar.

ads

Dalam kesempatan tersebut, dia menyatakan kurang sepakat penggunaan istilah alumni dalam pesantren. “Saya itu kurang sepakat dengan istilah alumni atau mutakharijin pesantren. Yang namanya santri ya tetap santri. Maka dari itu meskipun telah berada di rumah, santri harus tetap menimba ilmu dari kiainya di pesantren,” pesannya.

Kata Kiai Ubed, kita ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan masyayikh yang istiqamah dalam mengajarkan ilmunya, terlebih seperti KH Ahmad Muthohhar. Kita ini tidak bisa menyamai keutamaan para kiai yang alim.

“Santri yang paling utama adalah yang paling banyak memegang teguh ajaran, dan pesan guru. Bukan yang sering tampil di televisi dan bahkan menjadi seorang dai yang terkenal,” kata pengasuh PP Al Itqoon Bugen Tlogosari ini.

Sementara, pengasuh PP Darul Ma’wa, Prof. Dr. KH Abdul Hadi Muthohhar, MA mengatakan reuni sebagai usaha menyambung silaturrahmi antar alumi, “Kembali bersatu, kembali berkumpul. Ar rujuk ilal wahdah,” tuturnya.

Lebih dari itu, dia berharap momen tersebut dapat diingat oleh para alumni agara mengagendakan pertemuan tersebut dengan baik. “Saya mengharapkan masing-masing memiliki jadwal bahwa hari raya Idul Fitri seperti hari ini untuk seterusnya juga begitu, dibuat acara tersendiri supaya tidak tertumpuk oleh kegiatan yang lain,” harapnya.

Pembina Lajnah Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) ini berharap acara Doa untuk Masyayikh dan Reuni tersebut menjadi penghubung antar santri dan juga dengan pengasuh, utamanya yang telah berpulang ke haribaan Sang Pencipta. “Mendoakan masyayikh yang telah mendahuli. Ini agar jangan sampai lupa dengan para guru kita,” pesannya. (af/dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!