- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Kepala Campus Ministry Unika Sugiapranata Semarang, Romo Aloys Budi Purnomo Pr bersama Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), Gusdurian Semarang dan Komunitas Karya Kerasulan Jurnalistik Inspirasi punya cara tersendiri dalam merayakan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni. Bukan dengan pesta pora, melainkan dengan doa, tepatnya dengan kegiatan yang dikemas ngabuburit ruwatan Negeri Pancasila yang digelar di Pastoran Johannes Maria Unika Soegijapranata Gg. Kampung Asri Semarang, Sabtu (1/6) petang.

Kegiatan ritual ruwatan Negeri Pancasila tersebut dibuka oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, setelah Walikota memberikan kata sambutan dan membuka acara simbolis, dilanjutkan pementasan dan pembacaan puisi oleh penyair teatrikal, Sosiawan Leak, gelaran ritual dengan pembacaan ndandang gula dan ditutup doa lintas agama oleh para pemuka agama, diantaranya: Ketua Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, H. Taslim Syahlan (Muslim) Pendeta Sediyoko (Kristen), Pandita Wahyudi (Budha) dan Eko Puji (Tokoh Hindu).

Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Romo Aloys Budi Purnomo Pr menjelaskan, kegiatan ruwatan Negeri Pancasila memperingati Hari Lahir Pancasila untuk meruwat aura kesalahan, aura negatif Bangsa ini. “Ruwat identik dengan doa, maka dengan doa lintas agama para pemuka agama ini, lahir kebaikan, kebersamaan dan keharmonisan,” ucap Romo Budi disela acara. 

Mantan Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) itu juga menjelaskan makna filosofis berbagai simbol dan ugorampe yang ada dalam ruwatan tersebut. Ia menuturkan, tumpeng berbentuk gunungan merupakan simbol gunung. Gunung sebagai tempat berlindungnya manusia, sebagai tempat menyimpan air, menyimpan energi yang besar, memiliki kesuburan yang menumbuhkan berbagai tanaman. Karena itu, gunung harus dijaga, dirawat kelestarian ekologinya. “Karena kalau ekologi ini rusak juga menjadi sukerta yang mengancam negeri ini,” terangnya.

ads

Masih menurut Romo Budi, dirinya menampilkan tumpeng dengan beragam lauk pauk merupakan simbol keragaman yang menyatu, menampilkan bunga yang harum dan degan (Kelapa muda) wulung, kelapa yang istimewa dan didalamnya terdapat air yang manis. “Jadi, perpaduan antara bunga yang harum dan air kelapa yang manis, bisa menyatu menjadi harmonis. Harapanya bangsa kita kedepan ini harus tetap harmonis,” harapnya.

Ketua FKUB Provinsi Jawa Tengah, Taslim Syahlan menuturkan, bahwa perbedaan keyakinan atau agama bukanlah sebuah halangan untuk bersaudara. “Saya tegaskan bahwa kawan-kawan kami dari lintas agama adalah saudara kita. Saudara kita berbaik hati untuk menyediakan momentum ini (Perayaan Hari Lahir Pancasila). Media ini untuk menjadi titik kumpul kita dari semua lintas agama, lintas iman, lintas golongan dan kepercayaan,” ucapnya.

Taslim melanjutkan, kegiatan meruwat Pancasila memiliki makna strategis untuk media memperkuat dan memperkokoh persatuan bangsa. “Kita akan tunjukkan kepada dunia bahwa di Jawa Tengah ini terus kita usahakan untuk memperkokoh kerukunan umat beragama yang didukung empat pilar,” ujarnya.

Ia membeber, empat pilar yang dimaksud adalah, pertama, kita terus mendewasakan ekspresi keberagaman kita. Jadi, kedewasaan umat beragama itu penting. Kedua, menyangkut soal solidaritas antar umat beragama. Ketiga, membangun sinergi secara vertikal, seperti wali kota, dan gubernur yang memberikan support dan sinergi horisontal dalam kesepemahaman tokoh lintas agama. Keempat, peran tokoh untuk menguatkan persaudaraan lintas agama. “Faktanya, di Kota Semarang dan Jawa Tengah pada umumnya, toleransi sudah berjalan bagus,” akunya. (af/dnl). 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!