- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Sedikitnya 20 kegiatan bengkel kerja disediakan untuk mengisi kesibukan sekaligus menambah pundi-pundi rupiah bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) dari berbagai perkara yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I, Kedungpane Semarang. Menariknya para narapidana dibebaskan untuk memilih fokus di bidang apa pun yang disukainya.

“Semua narapidana (napi) dibolehkan belajar di sini. Tapi mereka diharuskan mengikuti pembinaan kepribadian dulu. Jadi pribadinya kita bina, baru setelah itu kemandiriannya,”kata Kepala Lapas Semarang, Dady Mulyadi melalui Kabid Kegiatan Kerja, Susi Andriany Pohan, didampingi Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), Tribowo dan jajaran pegawai masing-masing, saat ditemui di bengkel kerja lapas, Senin (29/7/2019).

Adapun beberapa jenis pekerjaan di bengkel kerja lapas, disebutkannya, ada kegiatan membatik, menjahit, membuat handycraft, kaligrafi, produksi cotton bud, mebel, jati pres, hingga beternak dan bercocok tanam. Fasiltas tersebut, dikatakannya, sebagai upaya membentuk kemandirian para napi. Sehingga, setelah berproses di bengkel kerja itu, para napi kedepan tidak lagi kebingungan mencari pekerjaan setelah keluar atau bebas dari hukuman.

“Finishingnya para napi bisa bertanggung jawab, mempunyai keterampilan yang bisa mereka jual, atau ada pihak ketiga yang nantinya mengincar mereka,”jelasnya.

ads

Selain itu ,lanjutnya, para napi juga diajak untuk produktif, bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai positif. Kemudian menambah pundi-pundi rupiah.
“Mereka kan bisa mendapatkan premi. Sebagian dari premi mereka nanti bisa untuk PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak),” katanya.

KPLP, Tribowo, menambahkan, penempatan kamar telah dikelompokkan. Ia juga memastikan, setiap kegiatan bengkel kerja selalu dipantau timnya. Dari pengamatannya para napi tersebut juga kondusif masuk pagi selesai sore. Selain itu, pihaknya juga memberikan pengamanan khusus di ruang bengkel kerja, salah satunya memberlakukan kode fingerprint. Kemudian ada layanan satu pintu, dengan harapan memudahkan mengontrol aktifitas napi yang jumlahnya ada 142 pekerja.

“Setelah bekerja semua tetap steril, jadi setelah selesai bekerja semua dilakukan pengeledahan. Bahkan di blok kami juga rutin lakukan pengeledahan, tapi juga tetap dilakukan pendekatan persuasif kepada napi,”jelasnya. (JON/dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!