- iklan atas berita -

 

Metro Times (Semarang) Menjadi orang kurang mampu bukan alasan untuk berpangku tangan dan menyerah pada keadaan. Bahkan sekalipun hidup kita dari desa pelosok dimana orangtua hanya bekerja sebagai petani, bukan saatnya untuk mengeluh. Melainkan tunjukkan pada dunia, kita mampu menjadi generasi masa depan dan pribadi yang mandiri. Demikianlah setidaknya gambaran hidup yang awalnya dirasakan Mastur, hingga kini sukses menjadi Dekan Fakultas Hukum di Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas).

Liku-liku kehidupan Mastur memang cukup menginspirasi, lahir dari keluarga petani tak membuat dirinya harus terus-terusan minder untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang pendidik, bahkan bekerja sebagai pedagang kelontong hingga tour guide di biro travel pernah dilakoninya. Sejak lulus menempuh pendidikan, SMA Negeri 2 Kebumen, Mastur harus menguras keringat untuk bisa kuliah ke jenjang sarjana. Pasalnya orangtuanya yang hanya seorang petani sudah tak mampu membiayainya kuliah.

Berbekal kenekatan dan memiliki saudara yang tinggal di Semarang, Mastur, memustuskan merantau dan meninggalkan Kabupaten Kebumen. Di Kota Lumpia ini, mantan Ketua Advokasi LPPNU pada PWNU Jateng tersebut, awalnya hanya ingin bekerja dan mencari peruntungan untuk bekal kuliah.

ads

“Waktu itu, awalnya ikut kakak ada di Semarang. Karena keinginan kuliah besar, baru sambi kerja setahun, dengan cara jualan barang-barang kelontong dan biro travel, setelah setahun berhenti dari lulus SMA baru bisa untuk daftar kuliah,”kenang Mastur, saat ditemui Metrotime.news, Senin (3/6/2019).

Tak dipungkirinya, begitu uang terkumpul, dibenaknya memang ingin kuliah di kampus negeri dengan asumsi biaya lebih murah. Namun nasib berkata lain, setelah mendaftar, ternyata tidak lolos, karena mungkin kemampuannya yang sudah menurun, akibat setahun menganggur. Karena gagal, mantan Wakil Ketua BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Indonesia) pada MUI Jateng ini, kemudian daftar kuliah di fakultas hukum Universitas Semarang, dengan pertimbangan agar bisa sambil bekerja.

“Waktu kuliah sarjana biaya kuliah nyambi kerja, karena pekerjaan jualan kelontong dan biro travel tidak saya tinggalkan, karena bisa buat tambahan bayarkuliah,”ceritanya, dengan wajah sumringah.

Selama empat tahun lamanya kuliah sarjana, tepatnya dari 1995 hingga 1999. Akhirnya begitu lulus sarjana, ia langsung melawar bekerja sebagai dosen di Unwahas. Ia masih ingat betul, saat itu lowongan dosen belum ada aturan harus minimal magister, sehingga dari sarjana masih diterima.

“Lamar kerja dosen di Unwahas tahun 2000. Pas awal belum ada FH di Unwahas, jadi saya ngajar fakultas agama islam jurusan mualamat, di 2005 FH Unwahas berdiri, jadi pindah unit ke FH,”sebutnya.

Karena ada aturan untuk peningkatan kemampuan dosen, kemudian tahun 2006, Mastur, mengikuti tes seleksi informasi beasiswa magister untuk kategori beasiswa unggulan dari Kementrian Pendidikan dan dirinya diterima dengan kosentrasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), hingga akhirnya kuliah di Universitas Diponegoro Semarang (Undip). Di tahun 2008, ia lulus magister dan bekosentrasi bekerja di Unwahas.

“Pada saat awalnya memang pengen jadi guru, baru begitu masuk perguruan tinggi pengen jadi hakim, malah berjalannya waktu jadi dosen. Begitu jadi dosen, ndak pernah lamar hakim,”kenangnya.

Ayah dari, Azahra Khalifah Ardiyana, ini, mengaku mulai mantap jadi dosen, karena baginya antara guru dan dosen sama-sama pendidik. Apalagi sejak dirinya, mulai pertama kali mengeluti dosen di fakultas muamalat atau ekonomi islam. Begitu, menjadi dosen di Fakultas huku, semakin lebih mantap karena menyumbangkan keilmuannya menjadi seorang dosen ilmu hukum, yang tidak jauh mendidik calon hakim, polisi dan jaksa.

“Setelah terjun di dunia pendidikan mantap jadi dosen. Dulu sempat ada informasi-informasi dari kakak kelas dan teman angkatan terkait lowongan hakim. Tapi begitu sudah jadi dosen keinginanya ndak terlalu mengebu, melainkan lebih mantap profesi menjadi pendidik,”kata asesor Serdos (Serifikasi Dosen) dilingkungan Kopertis VI Jateng ini.

Suami dari, Dwi Mulyanti, ini sendiri tanpa malu-malu, mengaku, dulu jualan kelontongnya dilakoninya di Terminal Terboyo hingga Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Dari hasil penjualan kelotong tersebut disisihkan untuk rencana kuliah hingga ia berhasil lulus kuliah sarjana. Ketika itu, dikatakannya, begitu selesai kuliah langsung kerja, namun demikian pekerjaanya memang fleksibel. Sedangkan di Unwahas, pertama sekali ia diterima dibidang Kasub Kepegawaian dari 2002-2005. Berlanjut menjadi, Sekretaris FH dari 2005 -2013. Akhirnya di tahun 2013 -2017, melepas jabatan karena melaksanakan study doktor dengan beasiswa Bpdn (Beasiswa Program Pasca Sarjana Dalam Negeri), namun demikian di saat melepas jabatan, ia mengisi waktu karena diterima menjadi Panwascam Gunungpati. Kemudian 2017 hingga sekarang aktif menjadi Dekan FH Unwahas.

“Dulu pas kuliah sarjana karena reguler, habis kuliah langsung kerja. Dalam sehari jualan kelontong bisa menyisihkan uang sekitar Rp 10ribu, waktu itu biaya kuliah masih murah sekitar Rp 900ribu satu semester, saya masih angkatan ke dua di FH USM,”jelasnya. (jon)

BIODATA
Nama: Dr. Mastur, SH, MH.
Lahir : Kebumen,19 Maret 1975
Ayah : Almarhum Karto Wasis.
Ibu : Rungisah.
Istri : Dwi Mulyanti.
Anak : Azahra Khalifah Ardiyana.

Pekerjaan :
 Mantan Anggota Panwascam Gunungpati.
 Dekan FH UNWAHAS.

Pendidikan :
 SMA Negeri 2 Kebumen.
 Sarjana Ilmu Hukum FH USM.
 Magister Kosentrasi HAKI FH UNDIP.
 Doktor Kosentrasi HTN FH UNS .

Pengalaman Organisasi:
 Mantan Ketua Advokasi LPPNU pada PWNU Jateng.
 Mantan Wakil Ketua Basyarnas pada MUI Jateng.
 Asesor Serdos dilingkungan Kopertis VI Jateng.
 Pengawas Koperasi Karyawan Unwahas.
 Ketua Tanfidziyah Ranting NU Mangunsari, Gunungpati.
 Asosiasi Pengajar HTN-HAN Jateng.

Rumah: Perumahan Mangunsari Asri, Gang Tanjung, No. 26, Kelurahan Mangunsari, Gunungpati, Kota Semarang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!