- iklan atas berita -

Metro Times (Semarang) Seorang yang hidup telantar (OT) di Kota Semarang meninggal dunia setelah dirawat selama sehari di RSUD KMRT Wongsonegoro, Tembalang. Menurut laporan pihak rumah sakit, orang telantar tersebut meninggal dunia akibat Covid-19.

Setelah dikoordinasikan dengan pihak keluarga, orang tersebut dikebumikan di Taman Makam Umum (TPU) Covid Jatisari, Mijen, Kota Semarang.
“Pria tersebut bernama Marsudi Teguh Santoso, usianya baru 50 tahun,” kata Koordinator Tim Penjangkauan Dinsos (TPD) Kota Semarang, Dwi Supratiwi di Pemkot Semarang, Rabu (4/8/2021).

Dikatakan Tiwi, sapaan akrabnya, semula seorang anggota TPD yang bertugas yaitu Budhi Santoso tidak mengetahui bahwa orang tersebut membawa kartu identitas diri (KTP) di saku celana karena tidak memungkinkan untuk diajak berbicara. Budhi yang mendapati orang tersebut dalam keadaan sakit di sebuah teras bangunan kuno yang ada di Kota Lama Semarang langsung merujuk ke rumah sakit.

Saat itu, Ambulans Hebat dan Polsek Semarang Tengah dikabarkan sudah di lokasi tersebut untuk memeriksa kondisi pria malang tersebut. Tapi, kata Tiwi, saat Budhi sampai di lokasi, Ambulans Hebat dan polisi yang bertugas sudah tidak ada di tempat kejadian.
“Polsek sudah tidak di lokasi, TPD menemukan pria tersebut tergeletak di bangku sambil mengeluh sakit sesak nafas, kami pun membawa kalayan (istilah penerima bantuan dari Dinas Sosial bidang rehabilitasi sosial, -red) ke Rumah Sakit Wongsonegara agar bisa dilakukan tindakan medis di sana,” urainya.
“Alhamdulillah, kelayan kami bisa masuk dan dapat kamar di Ruang Sadewa 1,” imbuhnya.

Namun pagi hari setelahnya, ia mendapatkan kabar dari rumah sakit bahwa pria yang dirujuk oleh TPD telah meninggal dunia akibat Covid-19 menjelang tengah malam. “Kelayan kami meninggal malam hari setelah dirujuk, sekitar jam 23.45 WIB,” ungkapnya.

ads

Untuk merawat jenazah orang tersebut, Ketua Rumah Perempuan dan Anak (RPA) Kota Semarang ini segera berkoordinasi dengan pihak rumah sakit. Ia juga telah berkoordonasi dengan keluarga di Cilacap. “Pihak keluarga sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Dinsos Semarang untuk dimakamkan seusai SOP Protokol Covid-19 di Mijen,” jelasnya.

Tiwi yang juga Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tembapang melanjutkan, menurut penelusuran TKSK Cilacap Tengah, Ani Farida dijelaskan bahwa Teguh sudah lama tidak berada di wilayah tersebut. “Alamatnya di Donan itu hanya administrasinya, untuk kesehariannya sudah pindah-pindah, tidak jelas, dan lama tidak diketahui keberadaannya,” kata Tiwi menuturkan hasil penelusuran Ani Farida.

Tiwi melanjutkan informasi dari Ani Farida, Teguh dimungkinkan memiliki keluarga di Semarang karena ibunya berasal dari Semarang. “Ibunya Pak Teguh orang Semarang, dan bapaknya yang asli Cilacap,” jelasnya.

Lebih jauh diterangkan Tiwi, hasil koordinasi juga menunjukkan adanya penolakan dari pihak keluarga Teguh sehingga tidak memungkinkan untuk dibawa ke Cilacap. “Informasi yang kita terima, sepertinya sudah tidak lagi diterima keluarga karena perangainya dulu tidak baik. Jadi keluarga sudah tidak mau tahu lagi,” ujarnya.
“Rekan kami, TKSK Cilacap sudah menemui RWnya, bahkan RW masih keluarga jauh. Kemudian dicarikan keluarga yang lebih dekat lagi yaitu keponakannya agar bisa menghubungi anaknya,” urainya.

Namun, harapan untuk mengembalikan hubungan keluarga nampaknya sudah tidak mungkin akibat ketidak sukaan keluarga sudah mencapai titik puncak.
“Informasinya juga disampaikan di facebook, sampai akhirnya ketemu nomor telpon anaknya, tapi saat dihubungi dan diberi kabar tentang ayahnya telpon langsung diputus dan tidak mau menerima panggilan telpon lagi,” tutupnya.(af)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!