- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Kabupaten Purworejo memiliki potensi pertanian berupa tanaman kopi yang sangat baik. Namun, pengembangannya perlu peran petani muda atau milenial (usia 19-39 tahun) yang melek teknologi, mampu mengadaptasi perubahan, dan inovatif agar produksi pertanian lebih efisien, efektif, berkualitas dan terintegrasi.

Hal itu disampaikan oleh Vita Ervina SE MBA, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jateng VI, saat membuka kegiatan “Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Petani Muda dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Purworejo dalam Membudidayakan, Pengolahan, dan Pemasaran Kopi” di Ganesha Convention Hall Gedung Wanita Purworejo, Kamis (1/4). Bimtek diikuti seratusan peserta dari kalangan petani muda dan penyuluh pertanian se-Kabupaten Purworejo.

“Purworejo yang secara topografis merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19-28 C memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan kopi, khususnya robusta. Meskipun secara garis besar Purworejo sebagai sentra komoditas tanaman pangan (Padi, Kedelai dsb.), tetapi dengan beberapa dataran tinggi yang diantaranya lereng gunung pupur, gunung mentosari, gunung rawacacing, lereng-lereng di pegunungan menoreh sangat potensial untuk pengembangan tanaman kopi,” kata Vita.

Menurutnya, kopi merupakan tanaman yang berpotensi tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengingat konsumsi kopi oleh masyarakat Indonesia yang kian meningkat, maka dibutuhkan kopi dengan kualitas tinggi dan memiliki keunikan tersendiri agar dapat dicintai oleh para konsumen kopi yang ada di Indonesia. Dengan potensi sumber daya manusia yang ada, seharusnya produksi kopi dapat ditingkatkan baik dari segi kualitas hingga keunikan citarasa khas masing-masing desa. Contohnya Kopi Seplawan, Kopi Desa Brunosari dan desa-desa lainnya yang punya potensi kopi. Kopi jenis robusta menjadi andalan dan paling tinggi permintaannya.

ads

“Di Purworejo sendiri saya lihat sudah ada para petani muda yang cukup giat dalam mempromosikan kopi Purworejo, Komunitas Pergerakan Masyarakat Pecinta Kopi (Krema Kopi) di Purworejo, yang menurut saya juga keren karena, Gerakan ini mengedukasi masyarakat agar menanam kopi bukan hanya untuk komiditi namun juga untuk konservasi alam, terutama di daerah pegunungan yang rawan longsor, double impact. Mencintai kopi sekaligus melestarikan alam, yang berarti merawat kehidupan yang dapat kita wariskan untuk generasi masa depan,” sebutnya.

Diungkapkan, upaya peningkatan produksi dan mutu kopi harus terus dilakukan secara integral, dari aspek budidaya mulai dari pemilihan bibit unggul, proses tanam, pemupukan (kalau bisa mulai dikembangkan dan digunakan pupuk organic), pengolahan hasil (pasca panen) dan pemasaran biji/bubuk kopi sampai ke end-user (Konsumen). Mengingat Purworejo mempunyai potensi luar biasa, diupayakan agar kopi Purworejo semakin mampu bersaing dari segi kualitas dan harga di tingkat nasional bahkan mampu mendunia.

“Tentunya dengan Pola pikir maju dan peran aktif petani muda dalam pembangunan pertanian akan ada peningkatan perbaikan produksi maupun pascapanen, seperti proses penanaman dan pemeliharaan, dalam pengolahan branding, packaging dan juga pemasaran baik melalui networking, maupun digital online,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Bimtek kali ini merupakan hasil kerja sama dengan Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian RI melalui Polbangtan YoMa. Kegiatan ini sebagai wujud nyata dan bentuk komitmen kehadiran Pemerintah dalam peningkatan pertumbuhan dan penguatan kapasitas calon wirausaha muda pertanian dan juga para Penyuluh Pertanian khususnya di Purworejo.

“Bimtek kali ini Angkatan IV untuk Kabupaten Purworejo, sebelumnya berturut-turut Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo juga sudah melaksanakan pelatihan Komoditi Kopi,”

Bimtek tidak hanya diikuti petani muda, melainkan juga para penyuluh pertanian. Pasalnya, peran tenaga penyuluh sangat penting, agar para petani muda terus mendapatkan pendampingan dalam bentuk penyuluhan, pelatihan secara berkelanjutan.

“Selain memberi bimbingan tentu petani milenial juga bisa mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan terbaru dalam pengelolaan kebun kopinya., dibutuhkan bukan hanya ketrampilan teknis tapi juga kesabaran dan ketekunannya di dalam membimbing petani, untuk terus meng-update dan meng-upgrade kualitas kopinya,” tandasnya.

Selama sehari, para peserta Bimtek mendapatkan berbagai materi dari sejumlah narasumber. Mulai dari Teknik budidaya kopi, Teknik pascapanen dan quality control, hingga Teknik pemasaran dan seduh kopi.

Hadir dalam acara pembukaan antara lain Sekretaris UPPM Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Nur Prabewi SPT MP, dan Kabid Perkebunan pada Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Purworejo, Ari Sulistyani.

“Ini kegiatan kolaborasi yang sangat baik karena ada sinergitas dari tingkat atas (DPR RI dan Kementerian Pertanian) sampai tingkat bawah. Jadi ini kesempatan yang baik bagi petani muda, penyuluh, maupun fasilitator pemerintah untuk bisa langsung sharing,” kata Ari Sulistyani.

Sementara itu, Nur Prabewi menegaskan bahwa pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dalam pengembangan pertanian. Dalam kondisi semakin minimnya produktivitas petani usia tua yang masih menggunakan cara-cara tradisional, butuh dukungan dan peran aktif para petani muda dengan segala kapasitsasnya.

“Keterlibatan petani muda diharapkan menjadi motor penggerak percepatan agribisnis dari hulu sampai hilir,” tegasnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!