- iklan atas berita -

MetroTimes (Surabaya) – Tahun Baru Imlek 2572 akhirnya tiba yang merupakan perayaan paling dinanti masyarakat China dan etnis Tionghoa di Indonesia.

Tahun Baru Imlek 2021 jatuh pada Jumat (12/2/2021) yang sesuai dalam perhitungan kalender Imlek.

“Cara-cara baru merayakan Imlek tanpa kehilangan makna dari Imlek sebagai tahun baru, harapan baru, dan keberuntungan baru itu saya rasa tetap bisa kita lakukan, khususnya masyarakat suku Tionghoa Indonesia, namun tetap dilakukan dengan protokol kesehatan,”  terang Sutjipto Joe Angga sesepuh suku Tionghoa Indonesia Surabaya, Jumat (12022021).

Selama perayaan Imlek, masyarakat diharapkan tetap di rumah saja. Tradisi yang selalu dilakukan sebelumnya, semisal berkumpul dengan keluarga besar, untuk kali ini sebaiknya dilakukan dengan cara kekinian yakni secara virtual atau daring, demi meminimalisir penyebaran virus COVID-19.

“Kita juga bisa mengirimkan angpau dengan cara digital. Sekarang sudah sangat mudah, malah bisa lebih banyak. Kalau amplop merahnya tetap ingin disampaikan, bisa juga lewat kurir instan. Cara baru ini sekaligus bisa menyejahterakan teman-teman kita,” tuturnya.

ads

“Imlek di masa pandemi Covid, kalau buat saya pribadi tidak sedih. Kita biasa merayakan hari-hari besar atau budaya kita dengan sukacita, tapi apalah artinya dengan keprihatinan kemanusiaan pada bangsa dan negara, juga dunia,” kata Angga sapaan senior suku Tionghoa Indonesia.

Ia juga menyampaikan, ini bukan waktunya politisi, bukan waktunya tokoh untuk mencari panggung. Banyak kesedihan, banyak kesalahan yang seharusnya pemerintah tidak perlu menghamburkan uang begitu banyak untuk Covid ini. Betul kesehatan adalah prioritas diatas prioritas yang lain. Namun terlihat seperti kebingungan-kebingungan dimana-mana. Terlihat pemborosan-pemborosan yang luar biasa, jadi salah prioritas.

“Sekarang ketika saya bersuara begini seolah-olah memprotes, tidak. Saya berdoa mengharap para pemimpin yang saat ini menjabat lebih amanah, lebih sungguh-sungguh melayani masyarakatnya, melayani rakyatnya, karena negara ini bukan milik pemerintah, tapi milik rakyat, bukan milik penguasa, tapi milik rakyat untuk dilayani. Bosnya itu rakyat, bukan penguasa, bukan pemerintah, bukan pejabat siapapun dia. Saya hanya mengingatkan itu,” paparnya.

Muncul di dalam benak saya, untuk menegaskan kepada teman-teman sesama suku Tionghoa di Indonesia bahwa kita ini PRIBUMI ASLI INDONESIA… Titik, tanpa koma dan tanpa argumentasi serta keminderan dalam diri kita….!!!

Kita ini bagian asli dari pada Nusantara yang kita cintai. Kita harus berani melawan ide maupun perkataan yang menyudutkan kita sebagai suku Tionghoa Indonesia, seolah-olah kita ini pendatang atau tamu di negeri sendiri.

“Jangan sekali-kali merasa demikian dan meng-amin-kan perkataan mereka-mereka yang menodai kita dengan perkataan bodoh mereka. Karena itulah, kita harus sadar akan pentingnya Ilmu Sejarah dalam hidup kita dan dalam kehidupan anak cucu kita di Tanah Air tercinta ini !!!. Melanjutkan perjuangan tokoh-tokoh suku Tionghoa Indonesia dan mengingat sejarah perjuangan mereka,” tutup Angga. (nald)

Gong Xie Fa Cay . .

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!