- iklan atas berita -

 

 

MetroTimes (Surabaya) – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI), AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengisi Kuliah Umum di Universitas Dr. Soetomo dengan diikuti sekitar 500 peserta dari unsur mahasiswa, dosen dan pimpinan fakultas. Bertempat di Auditorium Ki Moh. Saleh, kuliah umum bertajuk “Wawasan Kebangsaan dan Kewirausahaan” dibuka langsung oleh Rektor, Siti Marwiyah.

Dalam sambutannya, Iyat, sapaan akrab Siti Marwiyah mengatakan tantangan wawasan kebangsaan bagi kaum millennial atau para anak muda saat ini, dimana 24 jam interaksinya lebih banyak berhubungan dengan handphone (HP) atau gadget. “Mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi pasti pegang HP. Dimana HP adalah pintu masuk berbagai informasi tanpa portal dan tanpa seleksi, lalu apakah Pancasila bisa menyeleksi?”, ungkap Iyat.

ads

Iyat menambahkan, anak kecilpun saat ini sudah memiliki ketergantungan pada HP, sementara mental, fikiran anak sangat tergantung pada asupan informasi. “Lalu yang didapat para kaum millenial ini asupan informasinya selama bergantung pada HP, apakah banyak positif atau lebih banyak negatifnya?. Dari sinilah kami, Unitomo khawatir atas warisan para founding father kita. Bagaimana masa depan negara kesatuan RI, masih utuhkah atau akan terbelah- belah. Untuk itu kami mengundang bapak Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti untuk memberikan wawasan kebangsaan dan kewirausahaan ke seluruh civitas academica Unitomo”, imbuhnya.

Sementara itu, dalam paparannya AA LaNyalla mengatakan generasi muda khususnya mahasiswa Unitomo harus menjaga utuh kedaulatan RI ini. “Jaga marwah tagline Unitomo, yakni Kampus Kebangsaan dan Kerakyatan. Mahasiswa jangan hanya menjadi agent of change, namun juga agent of repair. Sebab hakikat dari kewajiban intelektual adalah melihat persoalan untuk kemudian menawarkan gagasan”, ujarnya.

Lebih lanjut, LaNyalla mengingatkan pentingnya mahasiswa diajarkan materi kebangsaan dan nasionalisme, agar mereka memiliki kesadaran, kewaspadaan, dan jati diri sebagai generasi penerus untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa. “Jauh sebelum bangsa ini merdeka, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1928, pejuang Pendidikan Ki Hajar Dewantoro sudah mengingatkan, bahwa jika anak didik tidak kita ajar dengan kebangsaan dan nasionalisme, mungkin mereka di masa depan akan menjadi lawan kita. Karena memang penghancuran ingatan kolektif suatu bangsa dapat dilakukan dengan metode non perang militer. Yakni dengan memecah belah persatuan, mempengaruhi, menguasai dan mengendalikan pikiran dan hati warga bangsa”, pungkasnya. (nald) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!