- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Keterbatasan hidup yang dialami Maryono (60) dan saudaranya, Poyem (76), butuh perhatian. Keduanya tinggal di rumah tua yang rapuh serta jauh dari tetangga di Dusun Sempol, Desa Kedungpucang, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Sejak dua bulan terahir, Maryono terjangkit penyakit susah buang air kecil atau prostat.

Untuk bertahan hidup, Maryono yang harus berjuang tanpa uluran tangan dari siapapun. Sementara Mbah Poyem hanya bisa berdiam diri di rumah sambil berdoa agar Maryono lancar dalam mengail rezeki sebagai buruh di sawah tetangga.

Sebagai warga tidak mampu, keduanya tinggal dan makan seadanya di rumah tua yang lantainya masih tanah. Di dalam ruangan hanya berisi satu meja dan dua kursi kayu, serta satu amben terbuat dari bambu. Di dalam rumah juga tidak terlihat satu peralatan elektronikpun yang mungkin dapat mereka gunakan sebagai hiburan.

Ketika ditemui metrotimes.news di rumahnya, Maryono dan Poyem mengaku bahwa sejak 4 tahun yang lalu tidak lagi menerima bantuan dari pemerintah. Terakhir bantuan itu mereka terima pada tahun 2015.

ads

“Terakhir terima bantuan itu berupa uang Rp400 ribu melalui program BLT dan bantuan BLSM. Namun sejak itu hingga sekarang bantuan itu tidak lagi kami terima,” ungkap Maryono, Rabu (24/7).

“Saya hanya seorang buruh tani yang tinggal di dusun terpencil, dusun sempol paling ujung. Apakah kondisi ini yang membuat saya tidak dapat bantuan lagi atau ada masalah lain saya tidak tahu. Anehnya, kenapa warga miskin lainnya dapat, sementara saya kok tidak, ini kan sangat tidak adil,” imbuhnya.

Maryono memang mengaku tidak akan putus asa. Namun, dia berharap ada perhatian, baik dari pemerintah atau siapapun yang peduli dengan kesembuhan penyakitnya.

“Kami tidak punya uang untuk ke dokter. Boro-boro berobat, buat makan aja susah. Lihat aja ini, makannya hanya singkong dan kimpul sawah,” ujar Maryono, yang mengenakan kaos Jokowi tersebut.

Ketika disinggung soal kaos Jokowi yang dipakainya, Maryono mengungkapkan bahwa kaos itu merupakan kebanggaan dan kecintaannya terhadap sosok Presiden Jokowi. Selain Presiden Jokowi, Gubenur Jateng, Ganjar Pranowo juga merupakan idola pria yang akrab disapa Mbah Mar ini. Menurutnya, keduanya adalah sosok pemimpin yang baik dan sangat meperhatikan kaum rakyat kecil.

“Waktu pertama Pak Jokowi maju presiden saya coblos gambar beliau, kemarin juga saya tetap pilih pak Jokowi. Pak Jokowi itu cinta rakyat kecil mas, sampai ke semua pelosok juga tetap diperhatikannya. Pak Ganjar juga bagus, dulu saya milih Pak Ganjar, kemarin juga sama. Warga sini semuanya senang sama pak Ganjar dan Pak Jokowi,” jelasnya.

Terpisah, Sekdes Kedung Pucang, Triyono, saat dikonfirmasi membenarkan bahwa sejak tahun 2015 Maryono dan saudaranya Poyem, tidak lagi mendapat bantuan dari pemerintah. Pasalnya, keduanya belum terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT) Dinas Sosial Kabupaten Purworejo. Pihak desa sudah berupaya mengajukan, tetapi ditolak.

“Kemarin Kadus setempat sudah ke Dinsos dengan membawa KK dan melampirkan kartu Jamkes, katanya kartu itu sudah kedaluarsa, kalau kartunya warna biru masih bisa mendapat bantuan. itu soal jamkes. Kalau soal BDT, Pak Mariono sudah sering kita ajukan, tetapi ditolak, alasannya apa kami tidak tahu,” kata Tri.

Tri mengungkapkan, Maryono bisa masuk BDT apabila ada salah satu warga miskin lainnya yang sudah masuk di BDT meninggal dunia atau keluar dari BDT karena sudah merasa mampu.

“Sebenarnya untuk bantuan seperti itu jarang sekali pihak desa disinggung atau diberitahukan, karena bantuan dari pemerintah itu langsung kepada yang bersangkutan. Jadi kami tidak tahu sama sekali,” ungkapnya.

Sementara itu, kadus setempat, Habib, menyatakan sangat prihatin melihat kondisi pak Mariono dan saudaranya Poyem yang sudah sangat tua dan harus berjuang mencari nafkah sendiri tanpa uluran tangan siapapun. Sebagai kadus pihaknya berharap ada perhatian khusus dari pemerintah untuk keduanya.

“Selaku kadus saya sangat prihatin sama keduanya (Maryono, Poyem, red). Sakit-sakitan, kerja juga hanya buruh tani di sawah tetangga. Bayaran buruh tani itu sehari aja paling cukup buat makan tok, dan kalau untuk berobat ke dokter sudah jelas ga mampu, sedangkan Poyem, uda tua juga sakit-sakitan,” ujar Habib. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!