- iklan atas berita -

Metro Tamis (Purworejo) Sri Wahyuningsih (19), menderita kelumpuhan hampir 4 tahun lamanya. Ningsih panggilan akrabnya hanya tergolek lemas tak berdaya yang tinggal di rumah kontrakan sempit bersama nenek dan adiknya di Brengkelan RT 5 RW 5 Kelurahan Purworejo Kecamatan Purworejo.

Semua aktifitas dari mulai makan buang air kecil dan semuanya diurusi neneknya. Termasuk kebutuhan hidup sehari-hari harus ditanggung neneknya. Sementara sang nenek Geger (75) yang sudah cukup renta mencari sesuap nasi dengan meminta minta di pasar. “Kangge maem kalih kebutuhan sanesipun, kulo nyuwun-nyuwun tiyang ten peken. Nopo malih Ningsih kathah betahe kados maem pembalut, bedak talek, minyak kayu putih.. Putu kulo sik alit tasih sekolah kelas 5 SD,” cerita Geger.

Dikisahkan, awalnya Ningsih pulang sekolah akan mbonceng sepeda, namun tiba-tiba dari belakang didorong temanya dan terjatuh. Sejak itu Ningsih yang kelas 2 SMA di sebuah Sekolah  SLB Karya Bhakti Popongan Purworejo, menderita lumpuh total nyaris tidak bisa gerak semua badannya.

Sudah dibawa berobat ke Rumah sakit dan puskesmas  Bahkan juga ke pengobatan alternatif. “Sanjange saget mantun kiyambak, tapi nggih dugi sepriki tasih lumpuh mboten saget nopo-nopo, namung bobokan mawon,” ujarnya.

Pernah berusaha untuk menititpkan ke panti, tapi Ningsih ditolak dengan alasan tidak bisa mandiri. “Kulo pun sepuh bingung mbenjang-benjang sinten sik bade ngrawat. Saniki mawon kangge nyekapi kebutuhan nggih kirang-kirang. Nopo malih bayar kontrak setahun Rp.1 juta. Kulo ndedomgo sanget mugi setiap tahun saget bayar kontrakan, ugi saget tumbas pembalut, bedak talek, minyak kayu putih. Kantenan kulo mboten saget kerjo,” jelas Geger.menderita kelumpuhan hampir 4 tahun lamanya. Ningsih panggilan akrabnya kini hanya tergeletak lemas dan tak berdaya di rumah kontrakan sempit bersama nenek dan adiknya di Brengkelan.

ads

Semua aktifitas dari mulai makan buang air kecil dan semuanya diurusi neneknya. Termasuk kebutuhan hidup sehari-hari harus ditanggung neneknya. Sementara sang nenek Geger (75) yang sudah cukup renta mencari sesuap nasi dengan meminta minta di pasar. “Kangge maem kalih kebutuhan sanesipun, kulo nyuwun-nyuwun tiyang ten peken. Nopo malih Ningsih kathah betahe kados maem pembalut, bedak talek, minyak kayu putih.. Putu kulo sik alit tasih sekolah kelas 5 SD,” cerita Geger.

Dikisahkan, awalnya Ningsih pulang sekolah akan mbonceng sepeda, namun tiba-tiba dari belakang didorong temanya dan terjatuh. Sejak itu Ningsih yang kelas 2 SMA di SLB Karya Bhakti Popongan Purworejo, menderita lumpuh total nyaris tidak bisa gerak semua badannya.

Sudah dibawa berobat ke Rumah sakit dan puskesmas  Bahkan juga ke pengobatan alternatif. “Sanjange saget mantun kiyambak, tapi nggih dugi sepriki tasih lumpuh mboten saget nopo-nopo, namung bobokan mawon,” ujarnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!