Gelar Weh-wehan, Warga Kaliwungu Tak Lupa Bermasker

0
859
Saat acara weh-wehan atau ketuin warga Kaliwungu tetap mengenakan masker
- iklan atas berita -

Metro Times Kendal – Sudah menjadi tradisi turun menurun bagi masyarakat Kaliwungu dalam menyambut peringatan Maulud Nabi menggelar tradisi weh-wehan atau ketuin.

Saat tradisi weh-wehan digelar, beraneka macam jajanan dan minuman ditaruh berderet di depan rumah warga. Bukan untuk dijual, namun jajanan itu untuk disediakan kepada warga lain yang lewat.

Bagi warga Kaliwungu, Weh-wehan atau ketuin merupakan hari raya, pasalnya anak-nak mengenakan baju baru berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga.

Meski dimasa pandemi himbauan untuk tidak menggelar tradisi tahunan tidak digelar, namun warga di Kaliwungu tetap melaksanakan tradisi weh-wehan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini dilakukan mengingat tradisi kali ini dilaksanakan dimasa pandemi sehinigga wajib mengenakan masker.

Menurut Alif Hafidz salah seorang warga Kaliwungu, tradisi weh-wehan merupakan sebuah tradisi yang paling banyak dinanti anak-anak dan remaja karena akan banyak makanan yang didapat. “Tradisi ini saling memberi makanan ke orang lain, dan hanya ada di Kaliwungu untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

ads

Dikatakan, makanan yang disajikan dan dibagikan kepada tetangga beraneka macam. Mulai makanan tradisional hingga makanan kemasan yang mudah diperoleh. Tradisi ketuin ini akan terus dilestarikan mengingat tradisi ini mengejarkan nilai kebersamaan dan saling barbagi.

Sementara itu, Suseno, pemuda kampung ragam warga Desa Kutoharjo Kaliwungu, mengaku bahwa sebagai pemuda dirinya ingin terus berupaya melestarikan tradisi weh-wehan lewat berbagai cara.

“Banyak cara bagi kami untuk melestarikan tradisi ini. Salah satunya dengan lomba foto yang dilaksanakan Kampung Ragam Warna sebagai bentuk kepedulian agar anak muda juga mengenal dan melestarikan budaya ini,” ungkapnya.

Disampaikan, banyak makanan khas Kaliwungu yang disajikan dalam tradisi tahunan ini. Seperti sumpil dan ketan beraneka warna. Sumpil merupakan makanan yang berbahan beras dan dibungkus dengan daun bambu. Hidangan ini disajikan dengan bumbu kelapa parut yang sudah diberi bumbu pedas.

Menurut Pengasuh Ponpes Jabal Nur Kaliwungu KH Ali Nurudin tradisi weh-wehan atau ketuin sendiri dipopulerkan Mbah Akhmad Rukyat,sesepuh dan ulama Kaliwungu yang mengajarkan tentang kebersamaan dan saling berbagi.

“Pencetus tradisi ini ulama kharismatik Ahmad Rukyat, filosofinya adalah rasa tenggang rasa dan saling berbagi serta mengajarkan kebersamaan. Niali budaya kearifan lokal ini menjadi tradisi hingga sekarang dan hanya ada di Kaliwungu Kendal,” jelasnya.

Ditambahkan Ali Nurudin, weh-wehan berarti saling memberi dalam bahasa Jawa aweh. Disini diajarkan untuk saling memberi kepada sesama tanpa memandang status sosial. “Banyak makanan yang disajikan dalam tradisi ini dan semuanya bisa memilih sendiri makanan yang disukai. Kebersamaan dan saling memberi inilah menjadi nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Kaliwungu,” imbuhnya.(Gus)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!