- iklan atas berita -

Metro Times (Surabaya) – Setelah membangun kerjasama dengan salah satu pusat studi budaya maritim Spanyol, yaitu Albaola Itsas Kultur Faktoria, kini Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya siap mendirikan galangan kapal kayu sebagai pusat studi pendidikan serupa. Bahkan, Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS, Prof Ir Daniel M Rosyid PhD, menargetkan galangan ini akan selesai dibangun pada tahun 2020 mendatang.

“Sebagai negara maritim yang memiliki luas lautan lebih besar dari daratannya, Indonesia sangat perlu untuk mendirikan pusat produksi kapalnya sendiri,” tutur Daniel mengingatkan.

ITS sempat berkunjung ke Albaola Itsas Kultur Faktoria di Spanyol pada tahun 2011 lalu. Bahkan pada November 2017 lalu sudah dilakukan penandatanganan kerjasama di antara keduanya, dan kini ITS berencana melanjutkan kerjasama yang pernah dijalin tersebut dengan mengirim lima mahasiswanya untuk magang di tempat pembuatan kapal kayu ini.

Daniel menjelaskan bahwa Albaola merupakan tempat yang tepat untuk belajar mengenai budaya maritim. UNESCO juga telah memberikan kepercayaan kepada Albaola untuk membangun replika penuh dari San Juan, sebuah kapal kayu pemburu ikan paus yang dibangun di daerah Basques pada tahun 1560-an. Kapal tersebut pernah digunakan untuk berlayar melintasi Atlantik hingga Newfoundland, Kanada, sampai akhirnya tenggelam di perairan Red Bay, Labrador.

ads

Dari kepercayaan UNESCO ini, Albaola kemudian dinobatkan sebagai pusat pengembangan budaya maritim kelas dunia yang mendidik pemudanya dengan berbagai keterampilan kemaritiman, seperti boat building, rowing dan sailing. “Dengan mengirim mahasiswa kami (FTK ITS, red) ke sana, kami berharap bisa mengetahui model bisnis seperti apa yang mereka kembangkan untuk kemudian diterapkan di Indonesia,” ujar pria asal Klaten ini.

Guru besar Teknik Kelautan ini mengatakan, dengan adanya galangan kapal milik ITS, industri pembuatan kapal kayu di Indonesia tentu diharapkan akan membaik nantinya. “Perahu kayu nelayan yang selama ini hanya dikerjakan oleh pengrajin, nantinya akan mendapat sentuhan engineer,” terangnya.

Ia juga mengatakan, adanya perahu kayu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa sektor pariwisata pantai di Indonesia. “Di Raja Ampat contohnya, adanya kapal kayu dapat menjadi ciri khas tersendiri,” lanjutnya.

Nantinya, menurut Daniel, kapal kayu ini akan diinovasikan sedemikian rupa agar bisa menarik minat turis. “Diberi layar misalnya,” ucap Daniel. Dengan beberapa keuntungan tersebut, imbuhnya, tentu galangan kapal kayu akan menjadi ladang perekonomian baru bagi masyarakat nantinya.

Daniel juga berharap, galangan kapal ITS tersebut nantinya dapat juga menjadi museum, atau tempat berkunjung sekaligus belajar mengenai proses pembuatan kapal kayu, khususnya bagi warga Surabaya. Ia mengungkapkan, angka 2020 yang ia pasang, bukanlah tanpa perhitungan. “Research sudah dilaksanakan, tinggal menunggu dana terkumpul dari beberapa sponsor,” pungkas profesor yang ramah tersebut. (nald)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!