- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Prosesi jamasan pusaka Museum Tosan Aji Purworejo dikemas menjadi tontonan dan event budaya edukatif oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo, Jumat (21/9). Tradisi tahunan yang biasanya berlangsung di sekitar kawasan museum, kini digelar secara terbuka di Jalan Setiabudi depan Pendopo Kabupaten Purworejo.

Tidak hanya para pejabat Pemkab, masyarakat umum berbagai kalangan dan usia dapat langsung menyaksikan kesakralan prosesi jamasan yang diawali kirab pusaka diiringi dengan kesenian tradisional Cimpoling.

Ada lima pusaka yang dijamas sore itu. Masing-masing yakni Keris Dapur Carubuk yang diketahui sebagai pusaka peninggalan Kabupaten Purworejo, Tombak Biring Lanang, Kujang, Bende atau gong kecil yang merupakan bagian dari gamelan Cokronegoro I, dan Pedang Sabet.

Ritual penjamasan dimulai dengan simbolik penyerahan pusaka Keris Dapur Carubuk oleh Bupati Purworejo yang diwakili Kepala Dinparbud Purworejo Agung Wibowo kepada juru jamas Ki Tri Yuliana yang juga Kasi Objek Daya Tarik Wisata Dinparbud Purworejo.

Ditemui usai prosesi, Kabid Kebudayaan Dinparbud, Agung Pranoto, menyebut bahwa lima pusaka itu adalah sebagian dari 1.138 benda pusaka koleksi Museum Tosan Aji. Penjamasan terhadap benda pusaka lainnya juga dilakukan sejak tanggal 1 Suro lalu.

ads

“Kelima pusaka yang dijamas sore ini mewakili sejumlah jenis pusaka yang ada di Museum Tosan Aji,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinparbud Agung Wibowo mengungkapkan bahwa jamasan pusaka tahun ini sengaja dikonsep menjadi event budaya edukatif agar dapat disaksikan masyarakat secara luas.

Terkait waktu pelaksanaannya yang tidak lagi pada tanggal 1 Suro seperti tahun-tahun sebelumnya, pertimbangannya yakni karena tanggal tersebut merupakan hari libur dan dimungkinkan pihaknya akan kesulitan untuk mengundang OPD lain. Masyarakat pun lebih memilih berada di rumah saat hari libur.

“Atas adanya berbagai masukan, tahun ini jamasan kita kemas lebih edukatif. Kita juga undang guru-guru sejarah serta siswa dari berbagai sekolah agar dapat melihat lebih dekat budaya Jawa yang harus kita lestarikan bersama,” ungkapnya.

Menurut Agung, prosesi jamasan bukan hanya sekadar rutinitas tahunan membersihkan secara fisik benda pusaka. Ada makna filosofi yang tersirat, yakni mengingatkan manusia untuk dapat membersihkan diri dari sifat-sifat yang tidak baik.

“Jadi tidak hanya bersih di luar, tetapi juga bersih di dalamnya,” jelasnya.

Lebih lanjut Agung Wibowo menambahkan, jamasan pusaka tahun ini dirangkai dengan kirab yang diiringi grup kesenian Cimpoling. Hal itu dilakukan untuk melestarikan kesenian tradisional yang nyaris punah di Kabupaten Purworejo sekaligus menciptakan daya tarik wisata.

“Tahun ini Ruwatan Sukerto tidak ada, tetapi dimungkinkan tahun depan bisa ada. Jamasan pusaka tetap akan ada setiap tahun, hanya saja konsep penyelenggaraannya terus berkembang,” imbuhnya. (Daniel)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!