Sadranan Nelayan Bandengan, Miniatur Perahu Berisi Sesaji Sebelum Dilarung Diarak Kampung

0
900
- iklan atas berita -

Metro Times Kendal – Sadranan atau sedekah laut sudah menjadi tradisi bagi nelayan di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kendal yang diperingati setiap tahunnya.

Namun, dikondisi pandemi covid-19 tradisi sadranan sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Biasanya, setiap perayaan Sadranan kemeriahan selalu mewarnai di kampung pesisir Kota Kendal. Panggung hiburan yang megah dengan artis dangdutnya, pagelaran wayang kulit dan wargapun ramai-ramai naik perahu hingga ke tengah laut dengan cara menyewa banyak ditemui dalam perayaan Sadranan.

Meski berbeda dengan tahun sebelumnya, kegiatan tetap diawali dengan karnaval, seperti mengarak miniatur perahu berisi sesaji yang akan dilarung ke laut.

Sebelum dilarung, miniatur perahu itu diarak sekitar 1 kilometer, dari TPI Bandengan menuju Makam Mbah Jenggot dan Mbah Rancang desa setempat, lalu kembali ke sungat di tepi TPI. Selanjutnya dibawa menggunakan perahu untuk dilarung ke laut.

Menurut Panitia Sadranan Achmadi, pandemi covid-19 menyebabkan penyelenggaraan sadranan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

ads

“Makanya tahun ini kami batasi untuk karnaval dan kegiatan seni yang banyak mengumpulkan masa,” kata Achmadi, jumat (11/9/2020).

Dirinya mengungkapkan, sadranan atau sedekah laut merupakan tradisi rutin yang digelar setiap tahunnya di wilayah pesisir Pantura Kendal.

“Sadranan ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat dengan harapan terus diberi rizki yang melimpah, baik dari hasil bumi maupun dari laut,” ujarnya.

Salah satu nelayan yang juga menjabat Ketua RT 04 RW 01 kelurahan Bandengan, Kamdi mengatakan, berziarah ke makam Mbah Jenggot dan Mbah Rancang merupakan bentuk penghormatan dengan mendoakan kepada kedua sesepuh yang berjasa membangun kawasan Bandengan.

“Intinya acara ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur, karena dengan banyak bersyukur dan bersedekah, insya Allah rizki akan terus melimpah.” ungkapnya.

Kamdi mengaku, mengerti sejarah dari orang tua dan sudah turun temurun di masyarakat Bandengan. “Dari cerita sejarah turun-temurun masyarakat Bandengan, mbah Jenggot dipercaya sebagai tokoh nelayan dan Mbah Rancang dipercaya sebagai tokoh yang merancang atau membuka kawasan Bandengan,” jelas Kamdi.

Sementara itu, Lurah Bandengan, Sutarjo mengatakan, tradisi sadranan ini memang tiap tahun dilaksanakan oleh masyarakat kelurahan Bandengan.

“Sebagai ungkapan rasa syukur atas rejeki dan hasil tangkapan ikan dari laut, makanya warga menyelenggarakan kegiatan ini. Saya mengimbau kepada masyarakat, agar tetap memaruhi protokol kesehatan dan membatasi kegiatan yang mendatangkan kerumunan, seperti orgen tunggal, dangdutan dan lain-lain,” kata Sutarjo.(Gus)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!