- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Seorang warga Dusun Krajan RT 1 RW 1 Desa Sutoragan Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo, Syaifun Hamdani (51), yang mengalami sakit parah dan terhimpit masalah ekonomi, membutuhkan uluran tangan dermawan. Pasalnya meski kondisi ekonominya lemah, dirinya belum pernah tersentuh bantuan dari pemerintah.

Didatangi Metro Times, Syaifun Hamdani, mengatakan Harta bendanya terkuras untuk berobat, usaha berdagang dagang bumbu dapurpun berhenti. Ia bahkan tidak mampu membayar tagihan sekolah kedua anaknya.

“Saya sudah tidak bisa bekerja karena kondisinya begini, istri juga (tidak kerja),” kata Syaifun, Selasa (30/06/2020) dikediamanya, ditemani sang istri Rianani, dan kedua anaknya Syarif Imam Rasyid (18) dan Ageng Kukuh Pambudi (15).

Dilihat dari rumahnya, memang tidak terlalu nampak sederhana, bahkan bisa dikategorikan sebagai orang mampu jika melihat kriteria rumahnya. Temboknya permanen, lantai keramik, bifet berisi kertas-kertas dan televisi terlihat di ruang tamu. Di teras rumah, ada satu ruangan yang digunakan sebagai warung sembako.

“Kalau dilihat rumahnya memang orang memandang keluarga kami mampu mas, makanya saya belum pernah mendapatkan bantuan (dari pemerintah) apapun. BPJS juga bayar, tidak dapat KIS. Saya sudah kepikiran jual rumah ini buat berobat, cuci darah dan hidup,” katanya kepada.

ads

Syaifun menjelaskan, sebelum jatuh sakit Ia bersama istri berdagang sembako, dan bumbu dapur. Dari pasar ke pasar yang lain. Warung miliknya di teras rumah juga dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ia bisa menikahkan dan menyekolahkan anak, tanpa hambatan.

“Alhamdulillah, anak dari istri sudah menikah, anak mbarep juga sudah (menikah), tinggal dua (laki-laki) ini yang satu mau SMK dan satunya sudah lulus (SMK),” katanya.

Namun demikian, Ia mengaku sedang kebingungan untuk menebus ijazah/surat tanda kelulusan anaknya, Syarif Imam Rasyid. Tagihan seragam anak satunya, Ageng Kukuh Pambudi, juga belum terbayar karena tidak adanya biaya dan pemasukan.

“Anak saya sudah lulus SMK, terus mau daftar kerja tapi belum bisa karena ijazahnya masih ditahan. Kurangnya Rp 1,8 juta. Satunya, yang mau masuk SMK belum bisa bayar seragam Rp 1,3 juta. Kemarin saya sudah jual motor satu tapi belum cukup,” katanya.

Sementara Istri Syaifun, Rianani, mengatakan untuk berobat suaminya, Ia mengaku melakukan segala cara. Jual ini jual itu. Apa saja yang bisa dijual cepat, hasilnya untuk berobat. Sisanya dipergunakan istri untuk belanja kebutuhan sehari-hari.

Rianani juga mengatakan, suaminya belum mendapat antrian tetap untuk mendapatkan layanan cuci darah. Dari kebutuhan cuci darah dua kali seminggu, baru bisa melakukan cuci darah sepuluh hari sekali. Setiap akan berobat, Ia juga kebingungan mencari kendaraan dan biaya operasional.

“Suami saya awalmya diabetes, terus gagal ginjal. Ya begitu kondisinya sekarang (parah). Sering drop kalau cuci darahnya telat. Karena sering drop jadi saya tidak bisa nyambi-nyambi kerja. Anak-anak saya yang baru nikah juga belum bisa banyak bantu, tapi alhamdulillah, keluarga, tetangga, dan ada beberapa orang yang membantu kami,” katanya.

Ia berharap suatu saat ada pejabat pemerintah yang melihat kondisi keluarganya.

“Syukur bisa dapat KIS untuk berobat,” katanya berharap.

Kepala Desa Sutoragan, Nur Kholik, mengatakan pemerintah desa telah mencoba mengusulkan keluarga Syaifun untuk mendapatkan bantuan. Namun demikian ada beberapa bantuan yang terhambat akibat kriteria sebagai warga miskin tidak terpenuhi jika dilihat dari tempat tinggalnya.

“Benar (belum oernah dapat bantuan dari pemerintah), tetapi sudah kita ajukan untuk mendapat bantuan dari APBD. Untuk KIS masih belum bisa karena persyaratanya kurang. Yang bersangkutan juga tidak masuk BDT/DTKS,” katanya. (Dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!