- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Rajawali Purworejo bergerak mendorong penguatan kapasitas pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Secara bertahap, fasilitasi berupa pelatihan dan pendampingan akan diberikan kepada para pelaku usaha yang tergabung dalam Forum UMKM di 16 Kecamatan se-Kabupaten Purworejo.

Pelatihan dan pendampingan kali pertama dilakukan terhadap 20 anggota Forum UMKM Banyu Mili Kecamatan Banyuurip di aula Kantor Kecamatan Banyuurip, Sabtu (20/3). Selama setengah hari, peserta diajak mendalami berbagai materi secara teori maupun praktik. Beberapa di antaranya yakni materi Pembukuan Sederhana dan Aplikasi UMKM oleh Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) yang juga dosen STIE Rajawali, Dr Hesti Respatiningsih SE MPar, materi Laporan Keuangan oleh dosen Nursiyami SE MAk, dan materi fotografi produk UMKM oleh mahasiswa, Soeharti.

Hesti Respatiningsih menyebut penguatan kapasitas merupakan tindak lanjut dari programPraktik Bisnis Mahasiswa yang juga menggandeng kerja sama Dinas KUKMP Purworejo mulai 11 Januari 2021 lalu. Selama 3 bulan terakhir, sebanyak 61 mahasiswa yang diterjunkan di 16 kecamatan telah memperoleh data profil serta kendala para pelaku UMKM.

“Program penguatan kapasitas ini kita targetkan 6 bulan dulu dan kita lanjutkan sesuai kebutuhan,” sebutnya.

Menurutnya, berdasarkan hasil identifikasi mahasiswa yang kini dalam proses penyusunan buku profil diketahui bahwa masih banyak kendala dialami pelaku UMKM di 16 Kecamatan. Mulai dari persoalan manajemen keuangan, kemasan produk, hingga pemasaran.

ads

Namun, mengingat adanya keterbatasan, program akan difokuskan ke 5 kecamatan yang memiliki karakteristik kendala hampir sama. Masing-masing yakni Kecamatan Banyuurip, Purworejo, Kemiri, Bener, dan Ngombol.

“Kecamatan lain masih dijadwalkan. Selama 6 bulan ini kita fokuskan dulu ke foto produk, perbaikan kemasan atau labelisasi, pembukuan sederhana, dan marketing online atau e-comerce,” jelasnya.

Pendampingan juga akan diberikan kepada forum UMKM secara kelembagaan. Pasalnya, masih banyak forum belum optimal dalam menyusun visi misi, program kerja, serta pembagian tugas kerja pengurus.

“Itu banyak yang belum optimal, maka akan kita dampingi juga, baik secara offline maupun online. Secara offline misalnya, untuk Kecamatan Banyuurip kita sudah jalan sejak tahun lalu dengan pendirian Omah UMKM Banyu Mili untuk memajang produk-produk UMKM, lokasinya di dekat RSUD Cokronegoro,” ungkapnya.

Ketua Forum UMKM Banyu Mili, Sumarmi, menyebut ada sekitar 60 pelaku UMKM yang menjadi anggota. Sebanyak 45 di antaranya telah masuk dalam katalog yang disusun mahasiswa.

“Untuk yang ikut pelatihan hari ini baru 20 pelaku. Kita prioritaskan dulu untuk yang paling membutuhkan dan rencanya bertahap,” sebutnya.

Menurutnya, pendampingan dalam berbagai apspek sangat penting bagi para pelaku UMKM. Pihaknya berharap agar pendampingan dapat berlangsung konsisten disertai tindak lanjut.

“Memang selama pandemi ini kita banyak terbatasi. Saat awal pandemi kita buka lapak, banyak yang titip produk, sekarang makin dikit. Kepada teman-teman kita selalu memotivasi untuk terus berjuang agar usaha maju. Meski pandemi, UMKM harus jalan,” tandasnya.

Sementara itu, Koordinator Mahasiswa Praktik Bisnis Wilayah Kecamatan Banyuurip, Sekar Setiyoningrum, mengatakan bahwa saat ini buku profil telah tersusun. Di dalamnya memuat banyak informasi seputar pelaku UMKM, produk, hingga penjelasan aset dan omzetnya.

“Nantinya buku akan diberikan kepada forum untuk promosi produk. Tidak hanya fisik, tapi juga soft file-nya,” ujar Sekar. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!