- iklan atas berita -

Metro Times (Purworejo) Sejumlah Bendung di Kabupaten Purworejo mengalami rusak. Salah satunya adalah Bendung Bulu yang berada di Desa Ganggeng Kecamatan/Kabupaten Purworejo. Rusaknya Bendung Bulu membuat sejumlah petani yang memiliki sawah di wilayah tersebut kesulitan untuk menanam padi pada musim tanam tahun ini.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Purworejo Suranto, ketika dikonfirmasi media, Jumat (20/3). Dijelaskannya, bahwa keberadaan bendung teknis di bawah pengelolaan Pemkab Purworejo tercatat ada 47 buah. Kondisinya beragam, dari baik hingga rusak berat.

“Ada 2 bendung yang mengalami rusak berat, yakni Tegalduren dan Kebangsan,” ungkapnya.

Secara rinci, Suranto menjelaskan bahwa bendung dalam kondisi baik ada 10, rusak ringan 27, dan rusak sedang ada 12. Sementara untuk berat ada 2 bendung.

ads

“Di luar bendung teknis sebenarnya masih ada 186 bendung sederhana yang berada di beberapa titik di Kabupaten Purworejo,” jelasnya.

Terkait keberadaan sawah yang ada di Ganggeng Kecamatan Purworejo, Suranto membenarkan bahwa lahan tersebut terdampak kerusakan bendung yang ada di Bendung Kebangsan.

Sementara itu, Sultoni, petani warga RT 1 RW 5 Desa Ganggeng saat ditemui di lahan persawahan milikinya, menyebut kondisi cuaca yang tidak menentu memaksa dirinya dan beberapa petani lain memilih tidak menanam padi. Mereka tidak memaksakan diri karena ada rasa takut di tengah perjalanan nantinya aliran air akan berhenti dan berujung gagal panen.

Sultoni pun hanya mampu melakukan pembersihan lahan dari bekas tanaman tembakau dan cabai selanjutnya akan melakukan pembiaran sekitar dua bulan ke depan.

“Saya hanya nyabuti bekas tanaman cabai itu, Mas. Tapi yang jelas saya tidak akan menanam padi tahun ini,” sebutnya, Jumat (20/3).

Menurutnya, lahan yang dimiliki selama ini mengandalkan sawah tadah hujan. Sebenarnya ada aliran air dari Bendung Bulu. Namun, bendung tersebut tidak dapat diandalkan karena mengalami kerusakan.

“Kalau saya tanam padi, jelas tidak dapat aliran air. Bisa saja nyedot dari sungai yang ada di bawah sawah, tapi biayanya amat tinggi,” katanya.

Dirinya berencana akan kembali menanam palawija di lahan yang dimiliki. Namun, harus menunggu waktu yang tepat agar tanaman tidak terganggu keberadaan air yang menggenang saat ini.

“Rencananya akan tetap saya olah tidak lama lagi. Tapi setelah lahan jadi, tidak akan langsung ditanami, nunggu waktu yang tepat” jelasnya.

Diungkapkan, dulunya lahan yang dimiliki itu bisa ditanami, setidaknya untuk dua kali musim tanam. Ketersediaan air mencukupi karena disuplai air dari Bendung Bulu. Namun, beberapa tahun terakhir, bendung mengalami kerusakan sehingga aliran yang seharusnya untuk mensuplai Ganggeng dan sebagian Desa Semawung Kecamatan Purworejo tidak teraliri.

“Ada dua bendung di sepanjang aliran sungai Kebangsan, yaitu Bulu dan Bendung Tegalduren. Kalau yang Tegalduren sudah mendapat brojong sehingga bisa mengalir,” ucapnya. (dnl)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.

The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!